Sabtu, 07 Oktober 2017

Parasit Sehari-Hari (artikel yang gagal muat di xxxxk.co)

pinterest.com

Parasit Sehari hari
Di suatu pagi yang aman nan damai tangan saya, ibu ibu rumah tangga, sibuk memegang hp untuk memulai rutinitas yang biasa : rutinitas scroll down on facebook. Kegiatan mengeksplorasi drama orang lain dalam media sosial bagi saya sudah seperti candu dalam lagu. Candu media sosial sudah mejadi hal lumrah kan ya ibu ibu? Tapi tentu ini perlu dibatasi, karena ada anak dan suami yang akan merana kalau ibunya hanya memandangi hp saja seharian penuh.
Dari berjuta postingan, ada satu yang melekat dalam ingatan saya:
“Ibadah haji jaman sekarang , tawaf sambil selfie, sa’i sambal selfie, maka apa lagi yang akan tersisa dari ibadah ini ?”
Pertanyan yang sangat menohok, mengingat selfie sudah menjadi semacam budaya baru dunia. Yah, setidaknya status di facebook itu adalah ria yang terang benderang. Bagaimana dengan ria yang tersembunyi bagai parasit yang terus tumbuh tanpa kita ketahui? Melihat orang ria saat ibadah kita berdehem dalam hati, " Untung aku gak sombong kaya gitu ". Bahkan dengan mengaku tidak sombong pun, itu pertanda adanya kesombongan. Wuiiih, benar benar susah diraih ya surga milik Tuhan.
Berikut hadist yang menceritakan beberapa kisah tentang perbuatan riya : Orang yang mati (dianggap) syahid. Kemudian ia dihadapkan sambil diperkenalkan (diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di dunia), maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku telah berperang karena-Mu sehingga aku mati syahid”. Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan tetapi engkau (sebenarnya) berperang agar dikatakan ’Pemberani’, dan engkau telah digelari demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka ia pun diseret di atas wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka.” 
Orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan membaca ( mempelajari) Al-Qur’an. Lalu ia pun didatangkan sambil diperkenalkan (diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di dunia.), maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta membaca Al-Qur’an karena Engkau”. Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan tetapi engkau menuntut ilmu, dan mengajarkannya agar digelari ‘Ulama’. Engkau membaca Al-Qur’an pun agar disebut ‘ Qori’’, dan engkau telah digelari demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka ia pun diseret di atas wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka.
Orang yang Allah luaskan jalan rezeki baginya dan diberikan seluruh jenis harta. Lalu ia pun di datangkan sambil diperkenalkan (diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di dunia.), maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku tidaklah meninggalkan suatu jalanpun yang Engkau suka untuk disumbang, kecuali aku berinfaq (menyumbang) di dalamnya karena Engkau.” Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan tetapi engkau lakukan semua itu agar disebut ‘Dermawan’, dan engkau telah digelari demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka ia pun diseret di ats wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka”.(HR. Muslim, An-Nasa’i, Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqiy).
Sangat mengerikan bukan? Bahkan para ulama sampai syahidah yang memiliki ria secuil di dalam diri mereka akan tetap dilempar ke dalam neraka. Lalu apalah diri kita ini, ulama bukan, qariah bukan apalagi syahidah. Waduh, saya pun jadi was was, jangan jangan di dalam diri saya ada niatan ingin dibilang penulis keren saat menulis ini. Padahal dimuat mojok pun belum tentu. Sungguh susah sekali menata hati untuk selalu bersuci, benar benar seperti parasit sehari hari yang selalu tersembunyi.
Jadi, kita sebagai manusia harus bagaimana ya. Hati sungguh susah untuk dikelola, sering kali mengkhinati keinginan diri untuk selalu bersuci. Dan pada ahirnya kita memang tidak bisa bermain hitung hitungan dengan Tuhan. Teringat syair nya Abu Nawas :

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni,

Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates