pinterest.com |
Parasit Sehari hari
Di
suatu pagi yang aman nan damai tangan saya, ibu ibu rumah tangga, sibuk
memegang hp untuk memulai rutinitas yang biasa : rutinitas scroll down on facebook. Kegiatan mengeksplorasi drama orang lain
dalam media sosial bagi saya sudah seperti candu dalam lagu. Candu media sosial
sudah mejadi hal lumrah kan ya ibu ibu? Tapi tentu ini perlu dibatasi, karena
ada anak dan suami yang akan merana kalau ibunya hanya memandangi hp saja seharian
penuh.
Dari
berjuta postingan, ada satu yang melekat dalam ingatan saya:
“Ibadah haji jaman sekarang , tawaf sambil selfie, sa’i sambal selfie, maka apa lagi yang akan tersisa dari ibadah ini ?”
“Ibadah haji jaman sekarang , tawaf sambil selfie, sa’i sambal selfie, maka apa lagi yang akan tersisa dari ibadah ini ?”
Pertanyan
yang sangat menohok, mengingat selfie sudah menjadi semacam budaya baru dunia.
Yah, setidaknya status di facebook
itu adalah ria yang terang benderang. Bagaimana dengan ria yang tersembunyi bagai parasit
yang terus tumbuh tanpa kita ketahui? Melihat orang ria saat ibadah kita
berdehem dalam hati, " Untung aku gak sombong kaya gitu ". Bahkan
dengan mengaku tidak sombong pun, itu pertanda adanya kesombongan. Wuiiih,
benar benar susah diraih ya surga milik Tuhan.
Berikut
hadist yang menceritakan beberapa kisah tentang perbuatan riya : Orang yang mati (dianggap) syahid. Kemudian ia
dihadapkan sambil diperkenalkan (diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang
dulu diberikan kepadanya ketika di dunia), maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah)
berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku
telah berperang karena-Mu sehingga aku mati syahid”. Dia berfirman, “Engkau
dusta! Akan tetapi engkau (sebenarnya) berperang agar dikatakan ’Pemberani’,
dan engkau telah digelari demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret,
maka ia pun diseret di atas wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam
neraka.”
Orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan membaca (
mempelajari) Al-Qur’an. Lalu ia pun didatangkan sambil diperkenalkan
(diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di
dunia.), maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan
dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya,
serta membaca Al-Qur’an karena Engkau”. Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan
tetapi engkau menuntut ilmu, dan mengajarkannya agar digelari ‘Ulama’. Engkau
membaca Al-Qur’an pun agar disebut ‘ Qori’’, dan engkau telah digelari
demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka ia pun diseret di atas
wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka.
Orang yang Allah luaskan jalan rezeki baginya dan diberikan
seluruh jenis harta. Lalu ia pun di datangkan sambil diperkenalkan (diingatkan)
tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di dunia.),
maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan
nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku tidaklah meninggalkan suatu jalanpun yang
Engkau suka untuk disumbang, kecuali aku berinfaq (menyumbang) di dalamnya
karena Engkau.”
Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan tetapi engkau
lakukan semua itu agar disebut ‘Dermawan’, dan engkau telah digelari demikian”.
Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka ia pun diseret di ats wajahnya
sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka”.(HR. Muslim, An-Nasa’i, Ahmad,
Al-Hakim, Al-Baihaqiy).
Sangat
mengerikan bukan? Bahkan para ulama sampai syahidah yang memiliki ria secuil di
dalam diri mereka akan tetap dilempar ke dalam neraka. Lalu apalah diri kita
ini, ulama bukan, qariah bukan apalagi syahidah. Waduh, saya pun jadi was was, jangan
jangan di dalam diri saya ada niatan ingin dibilang penulis keren saat menulis
ini. Padahal dimuat mojok pun belum tentu. Sungguh susah sekali menata hati
untuk selalu bersuci, benar benar seperti parasit sehari hari yang selalu
tersembunyi.
Jadi, kita sebagai manusia harus bagaimana ya. Hati
sungguh susah untuk dikelola, sering kali mengkhinati keinginan diri untuk
selalu bersuci. Dan pada ahirnya kita memang tidak bisa bermain hitung
hitungan dengan Tuhan. Teringat syair nya Abu Nawas :
Wahai
Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
Maka
berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha
Pengampun dosa yang besar
Dosaku
bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki
keagungan
Umurku
ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku
menanggungnya
Wahai,
Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui
segala dosa, dan telah memohon kepada Mu
Maka jika engkau mengampuni, maka
Engkaulah yang berhak mengampuni,
Jika Engkau menolak, kepada
siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar