Minggu, 28 Januari 2018

NHW 1: Adab Menuntut Ilmu

Januari 28, 2018 0 Comments
pic by canva

Apa itu NHW?

Beberapa pekan ini saya memulai diri untuk menuntut ilmu lewat komunitas emak emak IIP (Institut Ibu Profesional) yang diusung oleh Ibu Septi Peni Wulandari. Pelajaran pertamanya adalah tentang adab menuntut ilmu.

Bicara tentang adab menuntut ilmu memang agak gimana gitu ya. Banyak perihal yang acapkali dianggap remeh namun sejatinya adalah hal pokok yang perlu untuk ditanamankan sedini mungkin.

Perihal semacam berperilaku pantas saat menuntut ilmu pun menjadi hal yang penting untuk diketahui. Duh, mendadak ingat jaman kuliah dulu yang sering banget ketiduran, maaf ya bapak ibu dosen.

Jadi, setelah materi adab menuntut ilmu ada tugas yang harus dikerjakan yang diberi nama NHW alias Nice Home Work. Berikut beberapa pertanyaan di NHW yang sudah saya jabarkan jawabannya.


Sebutkan satu ilmu yang mau ditekuni di universitas kehidupan ini

Menulis.

Sebenarnya saya tidak suka menulis, yang saya suka hanya membaca. Dulu, sejak mulai mengenal komik dan buku cerita saya mendadak jatuh cinta pada dunia dua dimensi yang penuh dengan aksara ini.

Buku pertama yang membuat saya jatuh cinta adalah serial detektif Conan. Jaman SD dulu kisah Conan memang masih rada sadis untuk sekelas anak umur 12 tahun. Jadi saya selalu merinding dan selalu baca komik ini di tempat yang ramai.

Buku novel kedua yang membuat saya jatuh cinta ada tentu saja novelnya mas darwis Tere liye. Eits waku saya masih smp serial Tere Liye belum dicetak pake tulisan best seller loh. Jadi, saya agak sedikit merasa bangga pernah mencicipi serial awal Tere Liye waktu belum meledak seperti sekarang.

Beranjak smp saya mulai menjajal buku detektif. Mulai dari karangan Enid Blyton, pasukan mau tahu, bahkan saya sempat beli versi Inggrisnya karena ada beberapa judul yang tidak ada di perpustakaan.

Kalau sudah Enid Blyton tentu akan menjajaki Agatha Christie dan Sir Arthur Conan Doyle. Namun, kalau boleh mengaku saya sebenarnya lebih menggemari Agatha Christie ketimbang Conan Doyle.Saya kurang suka akan kesempurnaan milik Sherlock Holmes dan lebih menyukai gaya Tommy dan Tuppence atau Hercule Poirot dalam menyelidiki sebuah kasus.

Setelah puas dengan detektif saya beranjak meninggalkan misteri dan mengikuti tren novel fantasi, Harry Potter. Haha saya sempat gila membaca novel harpot 1800 halaman dalam waktu 3 hari. Setelah novel fantasi ( harpot the lord of the rings dan -serial eragon) adalah giliran tren novel dan brown yang waktu itu banyak mengundang kontroversi. Saya mengakui bahwasanya The Da Vinci code memang suatu candu yang lebih dahsyat dibandingkan semua buku yang pernah mencandu saya.

Buku yang pertama saya tulisi adalah buku harian. Kemudian, ada seorang teman yang suka sekali menanyakan hal ini ketika saya sedang membaca buku,

Kapan bikin novel Ri?

Haha, pertanyaan yang tak pernah terjawab itu kemudian dia jawab dengan memberikan satu buku tulisannya sendiri yang diterbitkan indie olehnya.

Ahh, memang teman saya yang satu itu selalu memberikan jawaban dengan tindakan. Berkat buku itu, saya  mulai menggeluti tulis-menulis sampai sekarang.

Alasan terkuat memilih menulis

Ada beberapa alasan saya memilih menulis:

  1. Saya suka membaca dan senang sekali jika bisa menjadi salah satu dari jajaran nama nama penulis yang bukunya bisa mejeng di salah satu toko buku.
  2. Menulis adalah salah satu upaya saya untuk tetap waras setelah seharian lelah mengurus anak.
  3. Menulis adalah kegiatan termudah yang bisa dilakukan ibu rumah tangga seperti saya ini.
  4. Saya ingin berbagi sebuah kebaikan lewat kata kata dan cerita.


pic by canva

Bagaimana cara untuk menuntut ilmunya ?

Kalau soal how, maka bahasannya akan sedikit berat. Ada langkah langkah dan targetan nyata yang mesti dikejar.

Awal menentukan target adalah bergabung dulu dalam suatu komunitas. Kemudian adalah menyerap ilmu menulis dari para master master menulis sebanyak mungkin. Awal bergabung rasanya ada semacam perasaan debu, aih. Ternyata selama ini diri ini masih payaah sekali. Namun ya tetap harus terus melangkah ya kan.

Selanjutnya adalah menyerap ilmu sebanyak mungkin. Saya sempat bergabung dengan salah satu komunitas menulis selama beberapa pekan. Benar-benar menginspirasi karena materi yang diberikan merupakan aplikasi langsung dan dibahas dengan gaya santai ala ibu-ibu. Jadi bahasannya menarik dan cucok banget lah untuk blogger pemula macam saya ini.

Selain itu tentu saya juga mencoba menulis konten di salah satu portal berita. Memang akhir akhir ini terasa berat sekali karena merasa jalan di tempat. Namun, semoga segera ada jalan  yang terlihat.

Saya juga mengikuti lomba menulis di forum online. Untuk yang ini saya sempat masuk dalam nominasi. Walaupun nominasinya masih dalam ranking yang besar. Tapi, semoga bisa dapat juara suatu saat nanti.

Perubahan perilaku untuk menuntut ilmu yang diinginkan.




  1. Mengatur waktu dengan baik. Saya merasa bahwa setelah berkeluarga dan mempunyai anak, sulit sekali menyediakan waktu untuk sekedar mandi apalagi untuk menulis. Namun, dengan keinginan yang kuat saya mencoba mencari celah celah waktu untuk meneruskan hobi ini. 
  2. Menyeimbangkan hidup. Dengan hidup yang seimbang badan akan terasa lebih sehat dan proses menuntut ilmu akan lebih mudah tercapai.
  3. Mengosongkan gelas. Wah, ini penting lo dilakukan sebelum menuntut ilmu agar ilmu dapat berkah dan diserap secara maksimal.

Sekian artikel ini saya buat untuk memenuhi tugas NHW 1 dan juga sebagai pengingat diri bahwa menuntut ilmu itu adalah proses sampai mati. Kadang, menikah dijadikan alasan untuk berhenti mengupgrade diri, padahal nyatanya menikah justru adalah media dan cambuk diri agar sesegera mungkin menjadi diri yang terbaik. Karena sebelum mendidik anak yang baik, terlebih dahulu orang tuanya yang harus dijadikan baik , ya kan?

#NHW 1 #KelasMatrikulasiBatch5 #IIPKaltimra

Jumat, 19 Januari 2018

Sudah Terlambatkah untuk Membuat Resolusi Tahun Baru?

Januari 19, 2018 0 Comments
pixabay.com

Tahun baru memang sudah berlangsung selama setengah bulan. Namun rasanya belum terlambat kan ya untuk masih membahas soal resolusi tahun baru.

Adakah teman teman di sini yang rutin membuat resolusi tahun baru?

Jujur saja, kalau cuman soal membuat resolusi sih saya memang rajin. Saya juga rutin membuat target hapalan surat pendek maupun target baca buku. Namun pelaksanaannya yah begitulah. Hanya anget anget tahi ayam, hihi.

Di awal tahun ini, selain membuat targetan baru ada baiknya juga membuat evaluasi. Buat yang sudah berkeluarga, hal ini justru lebih mudah untuk dilakukan. Evaluasi akan lebih akurat jika dinilai juga oleh orang lain selain diri kita sendiri.

Evaluasi

Ini adalah poin penting sebelum menuliskan kembali resolusi baru di tahun 2018. Manfaat menuliskan evaluasi diri ialah menjadi cambuk pengingat agar kekurangan di tahun yang lalu tidak terulang lagi di tahun ini. Sebenarnya, poin evaluasi yang saya tulis ini terinspirasi dari blog seorang teman lama. Terima kasih, ya.

Untuk yang sudah yang sudah berkeluarga, evaluasi yang perlu dilakukan bukan hanya tentang diri sendiri, namun juga tentang rumah tangga. Setelah menonton film korea yang berjudul Go Back Couple, saya semakin bersemangat untuk membuat evaluasi rumah tangga. 

Seperti yang sudah saya prediksi, hanya saya yang bernotabene sebagai emak emak yg banyak menulis bahan evaluasi untuk pak suami. Pas giliran pak suami disuruh nulis bahan evaluasi untuk istrinya, cuman bisa dapat 1 poin.Yah, laki-laki mah memang begitu pada umumnya.

Berikut poin-poin evaluasi yang saya tulis.
pic by canva


Resolusi 2018

Baru tahun ini saya mengkhususkan diri untuk repot-repot menuliskan agenda tahunan. Mungkin ini menjadi tuntutan emak emak baru yang cuman bisa masak indomi (memasak adalah salah satu poin yang ingin saya raih tahun ini).

Perihal tuntutan emak-emak semacam ini bisa menjadi cambuk tersendiri agar goal yang sudah ditulis tak hanya menjadi aksara bisu nan palsu, namun menjadi sebuah perjalanan yang menjadikan diri semakin dewasa menyikapi kehidupan. Aiih, cantik sekali visi dan misinya, semoga ini bukan sekedar anget anget tahi ayam.

Berikut ini adalah goal saya di tahun ini.

pic by canva


Goal yang mudah bukan? Bisa memasak 12 menu adalah tantangan terberat saya karena ini artinya dalam 1 bulan setidaknya saya harus belajar 1 menu masakan. Aiiih.

Menjadi blogger yang berkualitas pun rasanya masih jauh dari dekapan tangan. Setelah masuk ke dalam komunitas emak emak yang jago banget nulis blog, mendadak sadar bahwa diri ini hanya lah remah remah krupuk yang bertebaran di toples Khong Guan. Menulis tentang topik ini pun saya banyak terinspirasi dari blog ini.

Rata-rata emak emak yang sudah jago blogging nya itu piawai banget dalam menentukan tema yang akan dibahas. Ulasannya bagus dan sistematis sekali. Nah, akhirnya saya paham makna riwetnya urusan skripsi jaman dulu. 

Sekian inspirasi resolusi tahun baru dari saya, semoga bermanfaat.

Oh, iya satu lagi, tips agar resolusi yang diuat tidak sekedar menjadi aksara bisu nan palsu, ada baiknya  mengukur kemampuan diri terlebih dahulu. Karena resolusi yang terlalu susah akan membuat diri menjadi malas untuk meraihnya dan resolusi yang terlalu mudah pun akan membuat gairah perubahan menjadi loyo. Nah, lo.

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates