Selasa, 28 November 2017

Tips Riset Menulis Artikel

November 28, 2017 0 Comments
Jadi penulis itu memang semacam belajar tiada akhir. Setiap kali menemui topik baru, mau nggak mau ya kita mesti mempelajarinya. Kalau kamu bukan pembelajar yang baik dan detail, ya sepertinya juga susah untuk jadi penulis yang baik dan tangguh.
C.Ratri



pixabay.com


Menulis memang rada susah-susah gampang, susahnya dua kali, gampangnya sekali-kali. Memang nonsen lah  kalau hasratnya hanya menulis tanpa membaca, tidak mungkin. Kalau diibaratkan, kita tidak mungkin bisa buang air kecil tanpa minum air terlebih dahulu, yah kira-kira begitulah.

Riset kecil-kecilan yang biasa saya lakukan sebagai blogger amatir adalah kepo instagram, haha. Menurut saya, media sosial ini cepat tanggap dalam mengetahui tren netizen kita yang budiman.

Namun, setelah saya kepo-kepo dan cari-cari lagi, ternyata ada cara yang lebih canggih ketimbang hanya mantengin instagram.

So, mangga let's check it out this link mom.

Semoga menginspirasi.

Kamis, 23 November 2017

Bayangmu atau Isi Kepalaku?

November 23, 2017 0 Comments
pixabay.com

Sekelebat bayanganmu kembali bersama lagu dalam radio pagi ini. Entah mana yang harus aku benci duluan, bayangmu yang menolak mundur atau isi kepalaku yang berasa minta dibenturkan agar kembali waras. Dalam mataku yang penat akan cinta buta dalam buku tua, wajahmu kembali menari dalam deretan alfabet rapi di atas kertas. 

Entah mana yang harus aku benci duluan, bayangmu yang menolak mundur atau isi kepalaku.

Aku menyerah dan pergi ke dapur untuk meminta saran pada kopi luwak. Wajahmu tak henti tertawa dalam adukan bubuk hitam yang melebur satu pada air panas 100 derajat. Aku menyentakmu dalam hati,"Hentikan!" 

Ah, Entah mana yang harus aku benci duluan, bayangmu yang menolak mundur atau isi kepalaku.



Kembali bekerja adalah pelarian tepat untuk kepalaku yang sudah menolak akur. Pelarian sementara yang menyenangkan ini paling hanya berlangsung 5 jam karena aku harus kembali ke rumah nanti sore dan kembali menatap matamu lewat mata anak gadisku.

Selasa, 21 November 2017

Jurus Maut yang Perlu Ibu-Ibu Kuasai dalam Rumah Tangga

November 21, 2017 0 Comments

 
pixabay.com
Para pembaca di sini ada yang sempat membaca postingan menarik dari akun Hanny Dewanti tentang "Nikah itu Enggak Enak" yang sempat viral dishare di facebook?

Saya tergelitik dan banyak mengiyakan kontennya. Haha, menarik memang. Di saat semua mengagungkan gerakan menikah cepat, artikel itu malahan dengan gamblang dan lugas mengupas sisi pernikahan dari sisi pahitnya.

Semua memang memiliki dua sisi kan, ya. Nikah saja ada sisi pahitnya, apalagi jomblo. 

Pernikahan memang bukah hanya mengikat dua orang menjadi satu, satu visi dan satu misi. Namun juga mengikat dua keluarga besar. Perbedaan kepentingan, perbedaan budaya dalam keluarga, perbedaan kondisi finansial, dan perbedaan sikap, tentu akan berbuah debat jikalau tidak ada yang saling menahan kata dalam dada.

Tapi ya, bagaimana ya bilangnya, sebagai wanita yang sudah merasakan rumah tangga, saya rasa menikah memang tidak enak. Rasa-rasanya pernikahan itu cara Tuhan untuk mentatar diri ini secara kilat untuk segera memiliki pribadi yang baik. Ya, menurut saya pernikahan adalah training kilat untuk menuju pribadi yang baik.

Memangnya ada training yang enak? Yang enak mah hura-hura dan belanja kan, ya ibu-ibu.

Dulu waktu masih muda, tidak ada yang menegur gaya baju apapun yang saya kenakan. Sekarang? Deh, boro-boro. Gak pake kerudung menutup dada aja suami udah mengeluarkan tatapan membunuh yang membuat saya mengeluyur masuk ke rumah untuk cari kerudung yang agak gedean. 

Dulu mau pulang dari kampus jam berapa pun fine fine aja, sekarang? Boro boro pulang malam, keluar tanpa bawa buntut kecil mungil aja hampir tidak bisa dilakukan. Secara gak langsung saya (merasa) menjadi pribadi yang setingkat lah lebih kalem dibanding masa-masa kuliah.


Jurus Maut dalam Pernikahan

Menikah menuntut untuk keahlian komunikasi yang jelas. Saya ulangi, komunikasi yang jelas. Jadi buat para cewek cewek yang dulu suka ngambek gak jelas saat pacaran, sudahi ngambeknya kalau tidak mau kena tilang ibu mertua. Kalau mau ngambek silakan, tapi harus bilang alasannya dengan jelas.

Misal,“Mas aku gak suka kamu taruh handuk basah di kasur.”

Menikah menuntut tutur kata yang manis. Ini jelas kan, ya. Pacaran saja jelas menuntut hal ini, apalagi sudah menikah. Ini adalah jurus maut yang perlu sekali dikuasi oleh para ibu ibu di rumah.

Misal,“Mas, kamu lebih ganteng deh kalau taruh handuknya digantung depan kamar mandi” atau,“Mas, aku suka banget mas liat gayamu nyuci beras. Gentlemen banget, masakin nasi dong.”

Saling mengalah dan pengertian. Ada peribahasanya kan ya, mengalah untuk menang. Mundur selangkah untuk maju seribu langkah. Ini juga salah satu jurus maut yang perlu ibu-ibu kuasai. Misal keuangan rumah tangga lagi seret. Yang namanya kebutuhan kan memang gak akan ada habisnya. Sepatu buat kondangan udah butut pula, tapi suami juga butuh sepatu baru buat hobi joggingnya. Jadi di kala diskusi, bilang aja dengan suara lembut,”Aku belum butuh sepatu kok mas, sepatuku yang udah jelek dan butut itu masih bisa kok dipakai.”

Ini namanya sok mengalah padahal mengeluh, haha.

Dan saya rasa ini yang penting, menahan kata dalam dada. Memang ada masa-masa kememblean pasangan kita benar-benar membuat jengkel. Tapi, jangan lupa diri ini pun punya kememblean yang sama menjengkelkannya.

Jadi, saran saya kalau emosi sudah di puncak dan siap untuk memuntahkan caci maki, mending langsung pindah tempat. Minimal ke tempat yang menyenangkan dan ber-ac yang tidak ada wajah pasangan kita, misalnya ke minimarket. Setidaknya di sana ada abang kasirnya yang akan menyapa dengan lembut,”Selamat datang, terima kasih, mau isi pulsanya bu?.”

Menikah bukan hanya berarti mengumpulkan masalah dua orang menjadi satu, tapi juga menambah manusia yang berusaha untuk mencarikan solusinya.  

Ada satu quotes yang saya sangat suka dari Agus Mulyadi:

Laki-laki boleh segarang macan, tapi wanita selalu diciptakan untuk menjadi pawangnya.

That's all ibu ibu. Selamat mencoba, semoga kita semakin menguasai jurus-jurus maut dalam rumah tangga.


Rabu, 15 November 2017

Curahan Hati tentang Tokoh Proklamasi

November 15, 2017 0 Comments
Baru-bari ini saya meluncurkan satu artikel tentang Bung Hatta, pahlawan proklamasi kita. Duh, mengiris hati rasanya baca berbagai artikel tentang beliau, betapa kayanya wawasan seseorang berbanding terbalik dengan gaya hidupnya. Aih, jadi malu.

Riset yang saya lakukan hanyalah melalui internet. Bahkan hanya dengan artikel di internet sudah dapat menembus rasa hormat dan salut saya sama beliau. Di usia yang masih muda belia, di mana saya hanya mengemis uang kuliah dari orang tua setiap bulan, beliau sudah dipenjara Belanda karena menerbitkan artikel yang dituding memprovokasi publik dengan pemerintah kolonial.

Di masa-masa saya galau hanya karena skripsi yang enggak kelar-kelar, beliau dengan gagah menyurakan pidatonya yang termasyur di Belanda : Indonesia Vrij.

Bahkan, di masa-masa para muda-mudi yang galau gegara digempur pertanyaan sadis tentang kapan nikah, beliau dengan lantang menyurakan bahwa tidak akan menikah sampai Indonesia merdeka. Hayo, siapa muda-mudi yang disini berani menyuarakan tidak akan menikah sampai nilai rupiah setara dengan nilai dolar amerika? Hahaha, Saya sih tidak.

Pasca beliau memundurkan diri dari jabatan Wapres, beliau pindah ke rumah pribadinya. Beliau hidup dengan sederhana bahkan sempat mengalami kesulitan membayar uang PAM. Saat itu Gubernur Jakarta yang sedang menjabat adalah Pak Ali Sadikin yang langsung mengusulkan beliau untuk menjadi warga kota utama agar terlepas dari beban bayar pajak dsb.

Ah, berapa banyak pejabat kita sekarang yang berani hidup seperti beliau? Memberikan segalanya ketika berkuasa dan tidak menuntut sedikitpun setelah menjadi rakyat biasa.
merdeka.com

Selasa, 14 November 2017

Ibu adalah Sumber Segala Rasa dalam Keluarga

November 14, 2017 0 Comments
Malam ini rasanya penat sekali. Mau nulis yang berkonten berat rasanya sangat berat, seberat ibu ibu yang lagi hamil tua. Bicara hamil tua, pengalaman mengandung dan melahirkan memang selalu punya banyak cerita manis untuk dikenang setiap ibu-ibu.

Eh, rasa-rasanya saya pun agak berubah setelah melahirkan. Selain saya tidak lagi bisa menekan lampus sen motor dengan benar, saya merasa ada yang bergeser dalam definisi bahagia dalam diri ini. 

Definis bahagia zaman masih bujang dan melajang jelas itu adalah baca nopel, ngemil martabak sambil nonton korea, dan maen sama temen (receh banget ya definisi bahagianya). Tapi setelah menjadi emak emak yang tidak bisa memencet lampu sen, bahagia adalah ketika dedek bayi bahagia (eaaaa). 

Yang saya sadari adalah memang emak emak tidak akan bisa bahagia kalau anaknya reweeel terus. Mulai dari jam istirahat dan tenaga terkuras, mood juga akan jatuh ke dasar jurang. Kalau mood jatuh ke dasar jurang, lihat suami yang pulang ngantor ibarat menemukan lawan battle untuk diajak war. Wah, pokoknya lingkaran setan banget dah. 

Itu yang saya sadari dulu.


Namun sekarang, yang saya sadari adalah dedek bayi akan bahagia kalau emaknya bahagia. Jadi, bukan dedek bayinya yang berdampak pada emaknya, tapi emaknyalah sumber segala rasa.

Jadi, yang sekarang saya kerap lakukan untuk membuat hidup saya indah adalah memastikan saya baik-baik saja. Saya sehat, hasrat menulis tercukupi, sudah lihat mojok.co hari ini, dan sudah ngemil martabak. 

Jalan-jalan sore sambil gendong dedek bersama pak suami juga rehat yang bagus banget. Selain untuk refresh buat baby dan emaknya, mempererat ikatan keluarga, juga untuk sedikit mengurangi timbangan emak-emak pasca melahirkan (hiks).

Happy Mom raise happy family. Semoga bermanfaat.


pixabay.com

Definisi Rejeki yang Perlu Kembali Kita Cermati

November 14, 2017 0 Comments
Banyak, mungkin termasuk saya yang sering mengeluhkan, katanya rejeki akan bertambah setelah menikah, namun ternyata kok begini?

Rutinitas rumah tangga memang seringkali membutakan diri dari segala nikmat yang sudah dianugerahkan kepada fisik dan nurani kita. Acapkali rejeki identik dengan uang atau materi. Yah, memang sih uang tidak dibawa mati, tapi hidup akan terasa mati tanpa uang. 

Popok anak belinya pakai uang, MPASI yah pasti butuh uang, bahkan sampai paket untuk update blog malam ini pun dibeli pakai uang. Jadi, jangan berani bilang wanita itu materialistis, we are just realistic, hahaha.

Namun, ada rejeki yang jelas lebih mahal ketimbang itu semua, yakni perasaan tentram di dada. Bukan berarti tanpa berusaha mencari uang kemudian berusaha merasa tentram lihat bini sama anak terlantar, no it's not what i meant.

Maksud saya, merasa tentram dengan apapun ketentuan takdir. Setelah lelakh melakukan usaha semkasimal mungkin, perasaan tentram ini kan menjadi kado. "Ah, yang penting saya udah berusaha. Besok akan saya usahakan lagi" 


Mahal lo untuk memiliki jiwa yang tentram namun tetap pantang menyerah.

Percuma rasanya kaya, tapi terus menerus dikejar KPK. Atau berada dalam kekurangan lantas menggunakan alasan kekurangannya untuk mermapas hak orang lain. Tapi yang pasti enak mah yang kaya hati dan kaya asli dan kaya amal solehahnya. 


pixabay.com

Minggu, 05 November 2017

Ketika Mas Kasir Toko Sebelah Ganteng Sekali (2)

November 05, 2017 0 Comments
"Mas Tri."
Mahasiswi nan tidak cantik dan tidak jelita memanggilku dengan manja.

"Opo Mbak." Jawabku sambil terus mantengin hp, lagi streamingan cuy.
"Beli pulsa dong. Tapi bayarnya kredit ya."

"Kalau mau kredit sono belinya sama mas ganteng di samping aja."
"Idih, yang paling ganteng kan mas Tri."

Itu gombalan buaya betina, saya pun sudah hapal. Namun otak dan hati memang suka sekali bergulat dalam diri. Dan yang selalu menang adalah otak, otak yang tumpul kaya dengkul.

Tragedi hari ini berakhir dengan bertambahnya hutang pulsa di pagi hari. Aih.

ewanhalim.files.wordpress.com


Ketika Mas Kasir Toko Sebelah Ganteng Sekali (1)

November 05, 2017 0 Comments
Kata Pengantar

Saya, ehem, maaf, saya bukan mas mas ganteng penjaga toko sebelah. Saya adalah Tri, mas-mas yang tidak jelek, namun sedikit ganteng penjaga toko di samping toko sebelah.

Saya tidak seperti mas ganteng di samping yang suka kasih kembalian pakai permen. Saya adalah kasir berintegritas, walau katanya jaman sekarang yang penting adalah ganteng dan berintegritas, gantengnya urutan satu. 

Anda bisa menebak siapa nama mas ganteng yang selalu saya lirik penuh rasa iri itu? Dygta. Aih, untung nama saya Tri, jadi gak terlalu malu lah kalau dibanding-bandingkan sama mbak-mbak mahasiswi yang suka ngutang kalau beli pulsa.





Sabtu, 04 November 2017

Tradisi Bancakan yang Tak Boleh Kadaluarsa

November 04, 2017 0 Comments
detik.food.com

Adakah yang masih ingat dengan tradisi bernama Bancakan?

Haha, mungkin banyak yang tahu hanya tidak tahu namanya. Istilah bancakan saya dengar dari ibu saya yang bernotabene dari  daerah Cilacap. Bancakan sendiri adalah istilah untuk acara selamatan ulang tahun, atau kelahiran yang dirayakan dengan makan dari satu bejana yang sama. 

Samalah dengan istilah liwetan, intinya adalah acara makan rame rame plus rebut-rebutan pula di dalam satu bejana yang sama. Kalau di daerah ibu saya seringnya sih pakai tampah. Tapi kalau orang Jawa Barat sering saya lihat menggunakan daun pisang yang dijejer-jejer sebagai alas dari berbagai makanan yang disajikan. 

Acara bancakan yang pernah saya rasakan sudah terjadi lampau sekali, sekitar waktu saya masih SD kelas 5. Waktu itu yang ulang tahun adalah mbah saya. 

Haha, pagi-pagi mbah sudah masak besar, sekitar 3 tampah, yang terdiri dari nasi, lauk, dan yang tak lupa air untuk kobokan (cuci tangan) yang ada uang logamnya. Sebenarnnya uang logam inilah yang menjadi primadona untuk para bocil bocil yang sudah sengaja start sedari pagi. 

Bocil bocil yang belum mandi, sangat-sangat bersemangat meraup makanan di tampah dengan tangan mungil mereka. Haha, lucu sekali menonton mereka ada yang berebut lauk. Kalau sudah makan berebut gini sih rasa menjadi nomor terakhir, yang penting adalah serunya rebutan itu loh. 

Rebutan sesi dua segera dimulai, rebutan uang logam di ember kobokan. Asik banget. Air muncrat muncrat, ditambah haha hihi yang terdengar jelas dari para bocil bocil yang masih kucel ini. 

Bancakan secara moril mungkin mengajarkan untuk menghilangkan sifat intoleran (haha), dan semangat kerukunan. Hmmm, namun secara de facto saya merasa makan di bancakan tidak dapat menghasilkan kenyang yang hakiki, karena yang saya dapat malahan tawa geli.


Rabu, 01 November 2017

Kisah MPASI yang Lebih Seru Dibanding FTV

November 01, 2017 0 Comments
Halo moms

Saya sedang menggalau karena sebentar lagi baby kecil saya butuh makanan pendamping ASI (MPASI). Banyak rujukan justru membuat saya makin bingung mau mengikuti yang mana, dan akhirnya yang saya ikuti adalah ibu saya, haha. 

Namun, tetap sebagai orang tua yang baik (berusaha baik), harus tetap googling lah yak agar persiapan MPASI tidak dilakukan dengan serampangan, ya kan. 

MPASI pun secara kebetulan menjadi topik diskusi ibu ibu hari ini di grup whatsapp. Aseeek, grup ibu ibu squad .

Dan, tumpahlah berbagai cerita keluh kesah tentang perjuang para mamah-mamah millenial dalam memberikan asupan MPASI buat baby tercintanya. Mulai dari dimusuhi mertua karena perbedaan pendapat mengenai kapan waktu yang tepat untuk diberikan MPASI sampai anaknya yang diam diam diberi makan eyangnya tanpa spengetahuan mamahnya, hahaha. Ini mah jelas mengalahakan serunya cerita FTV yang tayang tiap sore.

Dari semua cerita, kebanyakan konflik justru datang dari keluarga dekat. Hahay. 

Entah itu orang tua, mertua, atau eyang-eyangnya pasti ingin yang terbaik untuk anak-cucunya, terlebih mama dan papanya secara langsung. Namun, perbedaan generasi membentuk perbedaan tindakan yang berujung pada sengitnya interaksi sehari-hari, hihi. 

Dan masalah tambah meruncing jika masih hidup menumpang dan dalam keadaan bekerja, sehingga baby kecil dititipkan pada eyangnya, dan kita tidak bisa secara langsung mengontrol asupan si baby kecil. 

Mulai dari perbedaan dalam menambahkan gula garam. Ibu ibu jaman sekarang yang sudah jago googling jelas menolak gul-gar pada anak dibawah 1 tahun. Ibu ibu jaman dulu berkilah, anak jaman dulu jangankan dikasi gula garam, baru lahir langsung dikasih makan aja bisa hidup. Haha, yah, kalau begini ceritanya debatnya bisa panjang dan bakal lebih lama dari kasus E-ktp yang gak kelar-kelar.

Lalu, ada solusinya?
Kalau menurut saya sih para para eyang eyang sebaiknya menjauh dari masalah ini. Selama hal itu bukan hal yang menyakitkan bayinya maka biarkan para orangtua baru itu mengurus bayinya dengan caranya sendiri.

Kan para para eyang sudah mendapat kesempatan saat dulu mengurus anak-anaknya. Toh semua orang tua bertujuan baik dan berlandaskan kasih sayang saat menentukan mau memberi MPASI dini ataupun tidak. Namun, tetap ya konsultasikan juga dengan yang ahli.

Jangan sampai kita memberikan kasih sayang dengan cara yang salah.

Selamat malam, selamat menidurkan baby kecilnya masing-masing. 

http://drdina.ca

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates