Selasa, 15 Mei 2018

Tranformasi yang Dialami Semua Gadis Muda Sebelum Berubah Jadi Emak-Emak

Mei 15, 2018 0 Comments

Inspirasi artikel ini berawal dari  kuis sederhana yang biasa diadakan dalam grup whatsapp ibu-ibu. Kebetulan saya sedang menganggur dan mengikuti kuis tersebut. Jawaban saya benar dan hadiah sudah di dalam genggaman. Hati senang dan dengan segera saya pamer ke suami dengan bangga. 

Namun, semesta sedang ingin bercanda dengan hati saya yang keburu melambung tinggi, jawabannya tiba-tiba saja tidak disetujui sponsornya karena kurang lengkap. Saya tambahkan jawabannya segera, namun malahan ibu-ibu asem lain yang mendapat hadiah itu.

Begitulah sedikit cuplikan drama emak-emak yang pernah melanda saya. Padahal suami sudah menawarkan untuk membelikan hadiah yang sama tapi saya tolak dengan alasan yang kekanak-kanakan sekali,"Rasanya gak sama mas." Nah loh, betapa berat beban menjadi seorang suami.

Kejadian tersebut sedikit banyak membuat saya berpikir semalaman. Kok saya berubah seperti Power Ranger di televisi ya? Saya merasa sifat sikut-sikutan hanya untuk hadiah kecil tak pantaslah untuk dilakukan, namun toh tetap saya lakukan seperti Power Ranger yang kepepet harus berubah karena monster telah menyerang bumi. Berdasarkan pada proses berpikir saya selama semalaman, berikut beberapa transformasi diri yang umumnya dialami seorang perempuan untuk naik level menjadi ibu-ibu.

Transformasi 1 : Lebih Agresif dengan Hal yang Berbau Hadiah



Setelah kejadian yang sangat menorehkan luka itu, saya banyak merenung. Setelah menikah, saya menjadi senang dengan sesuatu yang gratis dan berbau hadiah. Sewaktu masih menjadi mahasiswa, saya suka mencemooh deterjen yang berhadiah mangkok, dan setelah menikah ternyata saya pun tergolong emak-emak yang rela berkhianat dengan deterjen lama hanya karena iming-iming mangkok gambar ayam jago.

Dalam grup whatsapp pun juga sama. Berbagai grup whatsapp emak-emak pun ramaianya hanya saat ada informasi yang berbau minta amin dari jamaahnya atau saat ada kuis berhadiah. Bahkan anggota grup rela sampai menikung, menukik, dan bersalto demi hadiah yang harganya tidak lebih mahal dari anggaran popok bayi selama sebulan.

Transformasi 2 : Lebih Agresif dalam Hal Mengantri



Memang sudah menjadi harfiah dan sunatullah bahwasannya emak-emak sering menjadi bahan olokan masal dalam hal mengantri. Tabiat menyerobot dalam antrean memang sudah identik dengan emak-emak. Masih ingat kan dengan kejadian tukang pom bensin ditampar oleh emak-emak yang menyerobot? Yah, kejadian ini memang agak absurd, seharusnya ibu itu memilih salah satu saja, mau menyerobot antrean maka tak boleh menampar. Atau menampar tapi jangan menyerobot. 

Saya sebagai ibu-ibu sedikit bisa menduga prahara perasaan ibu itu. Mungkin suasana hatinya memang sudah jelek dari rumah. Mungkin saja uang bulanannya dipotong atau anaknya ada yang tak lulus UNBK. Mungkin saja suaminya pun lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bukan malah memberi selamat ulang tahun, malahan suaminya minta diisikan pulsa secepatnya. Mungkin dalam perjalanan membeli pulsa, ia kehabisan bensin dan malah mendapati suasana pom bensin yang penuh. 

Mungkin saja bebannya memang sudah banyak. Tiap orang memiliki medan perangnya masing-masing, sutejo kan?  Saya pun pernah mengantri dalam keadaan hati yang sedang berantakan. Sialnya ada ibu-ibu preketek yang menyerobot, alhasil sepanjang pulang dari minimarket muka saya asem kaya jomblo yang tidak pernah malam mingguan. Kok saya menjelma jadi ibu-ibu di pom bensin itu sih?  

Sebelum menikah, saya tidak pernah peduli kalau ada emak-emak yang menyerobot dalam antrean. Mungkin setelah jadi emak-emak, saya pun pelan-pelan menjadi bagian dari pihak yang merasa berhak diprioritaskan. Wah, bahaya laten ini!

Transformasi 3 : Lebih Agresif dalam Hal Berkendara



Pasti masih ingat dong video emak-emak naik motor tanpa helm dan menyelonong ke jalan tol? Masih ingat juga gak tentang video emak-emak yang menampar petugas lantas karena menolak ditilang? Banyak alasan seorang emak-emak kadang harus memilih melanggar aturan lalu lintas di jalan. Mulai dari buru-buru karena anaknya sudah menangis di sekolah lantaran tak dijemput-jemput atau ada sinetron di Indosiar yang tak boleh terlewat. Perihal semacam ini tentu tidak akan pernah dirasakan kaum adam.

Fenomena emak-emak naik motor emang perlu mendapatkan perhatian pemerintah selain malpraktek soal UNBK. Karena menertibkan emak-emak dalam hal mentaati peraturan lalu lintas akan menyelamatkan satu generasi selanjutnya.

Kok bisa? Jelas bisa, dengan mendidik ibu-ibu menjadi duta lalu lintas, maka seluruh anak-anak Indonesia pun otomatis akan menjadi taat aturan pula. Luar biasa kan? Hal ini sesuai dengan slogan ibu Septi Peni, founder Institut Ibu Profesional, mendidik seorang ibu berarti mendidik satu generasi. 

Tranformasi 4:  Lebih Agresif dalam Menyikapi Bapak-Bapak yang salah riting


Mungkin ini akibat dari olok-olok bahwa emak-emak itu gak bisa riting secara benar, saya menjadi gusar kalau lihat bapak-bapak yang salah riting di jalan raya. Kadang saking kesalnya, saya kerap berkhayal untuk merekam kelakuan bapak-bapak ini dan mengunggahnya ke media sosial biar viral, biar olok-olok ini pindah ke kaum bapak-bapak di seluruh Indonesia.

Tranformasi 5: Lebih Agresif dalam Menafsirkan Caption Inspiratifnya Bude Sumiyati


Netizen pasti sudah hapal ya sama selebgram baru ini. Selebgram dari kalangan ibu ibu ini benar-benar mengispirasi dan berhasil mendobrak batas-batas selebgram pada umumnya. Tahu kan, biasanya selebgram adalah kalangan sosialita kelas atas yang gaya hidupanya super mewah. Dan tanpa perlu semua hal yang itu, Bude Sumiyati tampil sebagai pemuas dahaga dari kaum ibu-ibu yang berhasil meraih pengakuan sosial.

Definisi sifat keibuan adalah sifat yang penuh kasih sayang tanpa meminta pamrih. Ironisnya, definisi ibu ibu sekarang lebih sering dikaitkan dengan sifat-sifat buruk seperti tak bisa antri, tak bisa memencet tombol lampu sen dengan benar, sampai dengan sifat yang suka marah-marah tak tahu tempat.

Ah, yuk ibu-ibu Indonesia mulai berubah, kecil saja, tak usah banyak-banyak. Mulai dengan memberi rating bintang lima pada ojek online agar rejekinya lancar, mulai dengan mengantre dengan baik, mulai dengan belajar berkendara dengan benar agar hak pengendara lain tak ada yang  terlanggar cuman gegara lampus sen kita yang tak benar.


Sumber gambar :
www.pixabay.com

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates