Rabu, 27 Februari 2019

Aliran Rasa Game Level 6 : Menstimulasi Anak Gemar Matematika

Februari 27, 2019 0 Comments
Kelas Bunda Sayang Game Level 6

Matematika, ini adalah kata momok yang banyak dibenci siswa dari kecil sampai yang sudah jadi mahasiswa, termasuk saya.... pake banget.

Semua emak-emak pasti pernah mendengar pelajaran kalkulus, mata pelajaran yang bisa bikin sakit tapi tak berdarah dalam sanubari. Ketika kuliah, buat saya kalkulus adalah kiamat sugra (maafkeun, saya memang lebay). Huhu, sedih sih, semoga anak saya tidak menjadi seperti emaknya yang benci pada matematika.

Kisah pada Game Level 6

Bocil memang masih berumur 20 bulan, sehingga matematika dasar yang dicanangkan dalam game ini sederhana, seperti mengenali bentuk kecil dan besar, atau tentang perbedaan temperatur air, serta tentang logika dasar lainnya.

Kisah yang cukup saya ingat ketika game ini masih berlangsung ialah ketika membandingkan anggota tubuhnya dengan anggota tubuh hewan, yaitu kucing. Ada perbedaan mendasar pada tubuh hewan dan manusia yang sedikit membuat ia kagok alias bingung. Ia jadi sering menirukan telinga kucing atau juga menirukan paruh burung yang cendering lebih besar dari manusia. Yah, seperti itulah.

Ketika bermain di papan seluncur, ia juga cukup antusias melihat mobil-mobilan meluncur dengan cepat pada bidang miring seperti itu. Saat bermain temperatur air, membedakan mana suhu dingin dan yang hangat, ia juga terlihat bahagia. Semoga semangat dan kebahagianya dalam belajar akan terus hidup dalam dirinya.

Kisah Kegalauan Emaknya

Setelah tua begini saya baru menaydari apa makna dari mata kuliah kalkulus yang dulu terasa sangat tidak berguna nan sia-sia, yaitu untuk belajar bagaimana caranya belajar. 

Ketika jadi emak-emak dan munculah masalah keterbatasan waktu untuk bisa meninggalkan rumah, metode belajar matematika dasar sangat terpakai untuk bisa menggeluati bidang lain dari rumah. Baik itu, kegiatan mencari kemudian, mengamati, mengelompokkan, serta mengenal pola, dan mencocokan, adalah dasar logika yang saya sangat gunakan ketika pertama kali menggeluti bidang blogging. 

Kegiatan ATM, amati, tiru, modifikasi, mungkin juga bagian model dari logika dasar matematika yang kita pelajari prinsip-prinsipnya di sekolah.

Matematika juga mengasah logika, sehingga ketika jatuh cinta kita terhindar dari penyakit BUCIN yang mematikan. Ada yang tahu bucin? Budak Cintaaaa... #eeeaaa, topik aliran rasanya mulai melenceng.

Matematika merupakan pondasi dasar logika agar kita sebagai manusia dapat meletakkan segala sesuatu pada nilai objektifitasnya. 

Yah, sudah sekian aliran rasa yang mulai melantur ini. Semoga bermanfaat ya emak-emak. Keep learning bersama buah hati kesayangan.

Sabtu, 23 Februari 2019

Ketika Passion Terbentur Dinding Utopis

Februari 23, 2019 0 Comments
Mark Manson Passion yang Terbentur

Saya baru saja merampung kan buku motivasi yang luar biasa menarik, yakni Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat karya om Mark Manson yang fenomenal itu. Saya memang jarang membaca buku motivasi karena biasanya di bagian prolognya saja sudah sangat membosankan. Tapi, buku ini memang berbeda, karena ditulis dengan kelugasan khas anak 'rebel' ala amerika. Jadi, saya rasa om Mark Manson berhasil menggunakan masa lalunya yang buruk menjadi cambuk untuk kembali merenungi arti bahagia dalam ukuran masing-masing.

Tapi, yang mau saya bahas bukan bodo amat soal definisi kebahagiaan, tapi soal passion. Akhir-akhir ini saya berasa sedang berada di depan tebing terjal, rasanya kok cita-cita jadi penulis rasanya adalah hal muluk yang utopis. Ceileh... u t o p i s...

Saya akui, di tengah 'banyaknya waktu luang' sebagai emak rumah tangga, kegiatan menulis memang jadi selingan yang luar biasa membahagiakan sealigus memusingkan. Pusing, karena emak-emak lain sudah jago dan apik banget menulisnya, sedangkan saya masih berasa jadi remah rengginang melulu dari dulu. Pengennya sih saya bisa sombong sedikit gitu loh, tapi kesempatannya belum ada sampai sekarang, hiks ...syedih euy.

Saya berasa udah jatuh baangun, kepeleset, salto-salto, dan hasilnya masih belum terasa sampai sekarang. Dan kalau sudah begini, hasrat menulisnya bisa surut berbulan-bulan. Ini yang disebut dalam buku om Mark sebagai passion yang salah. Mungkin kita bukan suka menulis, melainkan perayaan kesuksesan lewat menulis?

Setelah saya membaca bukunya om Mark, saya jadi kembali berpikir soal hobi ini. Saya sudah bertahun tahun menulis diari tanpa pernah mengaharapkan uang sama sekali. Ya, eyalah... siapa yang mau membayar untuk sebuah catatan harian (kecuali diarinya Anna Frank dan kisah kejombloan Raditya Dika). Dan rasanya memang saya harus membuang pikiran soal timbal balik untuk sebuah kebahagiaan lewat hobi.

Ada banyak sumber kebahagiaan selain uang, seperti kata om Mark, semua sumber kebahagiaan itu ada di dalam diri. Sebaliknya, hampir semua kesukaran itu karena harapan kita pada hal yang diluar diri, seperti uang, terkenal, dan disukai semua orang. Hal ini serupa dengan kata-kata dari Ali Bin Abi Thalib, 


Aku sudah pernah meraskan semua kepahitan hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.


Selama masa rehat menulis, rasanya yang ada saya semakin gila, hahaha. Ternyata memiliki kekhawatiran lain selain soal anak itu adalah kemewahan yang perlu disyukuri. Gegara tak punya perjuangan lain selain soal rumah, saya jadi sensitif dan mudah mengamuk cuman gegara handuk basah yang ditaruh di kasur. Gak enak banget lah jadi emak-emak tukang marah itu, lelah di fisik dan jiwa say. 

Jadi, rasanya saya menyadari bahwasannya rasa was-was menjelang pengumuman kompetisi menulis, rasa iri dengki pada blog emak-emak lain, dan rasa lelah ketika melewati tengah malam cuman untuk menulis gratis di web kompasiana adalah sebuah kebahagiaan. Tanpa adanya rasa pahit dari kekhawatiran semacam ini rasanya justru kehidupan berasa seperti sayur tanpa micin, tidak umami, hahaha. 

So, emak-emak manapun yang sedang berjuang, ada yang berjuang lewat lelahnya jam kerja, dan ada juga yang berjuang lewat tumpukan cucian piring, kita memiliki jalan perjuangan masing-masing. Yuk, yuk, yuk menikmati hidup dengan menggali rasa cukup di dalam diri. Seperti kata Om Mark dan ajaran agama Islam bahwa bersyukurlah, maka akan Kami tambah nikmatnya. 

Minggu, 10 Februari 2019

Perjalanan Wisata Mengingat Masa Muda di Perpusda

Februari 10, 2019 0 Comments
Perpustakaan sebagai wisata keluarga
pexels.com

Hari Sabtu ini, saya mendadak gelau sepulang jalan-jalan dari perpustakaan. Kok bisa? Lantaran di sana banyak banget mahasiswa yang membuat saya iri setengah mati, geliat rasa lelah gegara drakor tugas, rasa sibuk menjelang ujian, sampai perasaan senang ditemani menyusun skripsi bareng doi (saya jomblo ketika kuliah, jadi gak sempat merasakan poin yang terakhir).

Perpustakaan Daerah Kalimantan Timur

Perpustakaan ini terhitung luas, memiliki 3 lantai dengan ruangan yang amat banyak. Lantai pertama, ada ruang baca anak, ruang majalan, ruang internet, WC, dan kantin. Di lantai dua ada buku-buku literatur seperti metode penelitian, buku kesehatan, akuntansi, dan semua tetek bengek perkualiahan lah. Di lantai tiga-lah, saya sering berpesta sendiri, tempat di mana banyak novel gratis bisa dibaca sampai puas anak minta pulang.

Di lantai satu, ruang baca anak, saya dan tim (mas misua dan bocil) sering mangkal. Di sini tempatnya sangat nyaman, karena ada karpet, full-Ac, dan juga ada ruangan menyusuinya. Bahkan ada juga tempat bermain untuk anak, ada rumah-rumahan plastik dan seluncuran juga. Pokoknya, nyaman bangat lah. 

Meski koleksi buku anak versi boardbook tidak terlalu banyak (meski ada, kadang banyak yang sudah rusak), tapi semua terbayarkan oleh tempat yang sangat nyaman begini. Nongkrong di perpustakaan memang jadi opsi yang menyenangkan bagi keluarga kami untuk melewati hari akhir pekan ketika tanggal tua. Ngirit Mak.

Di lantai dua, karena memang banyak buku tetek bengek perkuliahan, maka disini didomiinasi anak kuliahan dan pelajar. Hari ini saya mendadak terkena nostalgia, ketika melihat segerombolan mahasiswa sedang ribut mendiskusikan satu hal. Seingat saya, saya tak pernah sesemangat itu saat berada di perpustakaan ketika kuliah. Saya selalu mendadak ngantuk kalau sedang di sana. Gegara mereka yang berisik itulah, saya jadi penasaran dan mengelilingi rak-rak buku di lantai dua hari ini.

Ternyata, hanya karena kepo, saya menemukan ada banyak hal menyenangkan yang bisa dilihat. Mulai dari diskusi antara geng lelaki yang tersembuyi di balik rak buku paling belakang, yang hampir saya yakini bukan mendiskusikan tentang pelajaran. Kemudian, ada juga sepasang laki-laki dan perempuan yang terlihat membagi senyum manis dari masing masing-masing saat mencari buku bersama di rak, hahaha. Masa muda memang masa yang berapi-api. Dan ada juga sekelompok mahasiswa yang sedang asyik mencatat poin pelajaran dalam buku tulisnya, asyik sekali.

Kembali ke Realita

Setelah saya menemukan buku yang menarik minat hati, saya memutuskan kembali ke ruang anak, di mana mas misua dan bocil sedang bermain bersama. Cukup mengasyikkan juga mengamati perilaku anak anak muda karena selama ini yang saya lihat sehari-hari hanya anak bayi dan 1 lelaki paruh baya yang guanteeeng, hahaha.

Ketika sedang jenuh dan mencuci piring berasa jadi siksaan romusha, mungkin ada baiknya berhenti sejenak. Buka YouTube, dan streaming gerakan yoga ringan, atau jalan jalan bersama emak emak lain ke mal buat nobar, atau juga sekadar membaca buku. Rehat buat ibu rumah tangga adalah poin penting agar bisa melihat visi dan misi penting di balik rutinitas cuci piring yang terlihat sepele.

Sekianlah random thought saya hari ini. Selamat rehat.


Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates