Selasa, 28 November 2017

Tips Riset Menulis Artikel

November 28, 2017 0 Comments
Jadi penulis itu memang semacam belajar tiada akhir. Setiap kali menemui topik baru, mau nggak mau ya kita mesti mempelajarinya. Kalau kamu bukan pembelajar yang baik dan detail, ya sepertinya juga susah untuk jadi penulis yang baik dan tangguh.
C.Ratri



pixabay.com


Menulis memang rada susah-susah gampang, susahnya dua kali, gampangnya sekali-kali. Memang nonsen lah  kalau hasratnya hanya menulis tanpa membaca, tidak mungkin. Kalau diibaratkan, kita tidak mungkin bisa buang air kecil tanpa minum air terlebih dahulu, yah kira-kira begitulah.

Riset kecil-kecilan yang biasa saya lakukan sebagai blogger amatir adalah kepo instagram, haha. Menurut saya, media sosial ini cepat tanggap dalam mengetahui tren netizen kita yang budiman.

Namun, setelah saya kepo-kepo dan cari-cari lagi, ternyata ada cara yang lebih canggih ketimbang hanya mantengin instagram.

So, mangga let's check it out this link mom.

Semoga menginspirasi.

Kamis, 23 November 2017

Bayangmu atau Isi Kepalaku?

November 23, 2017 0 Comments
pixabay.com

Sekelebat bayanganmu kembali bersama lagu dalam radio pagi ini. Entah mana yang harus aku benci duluan, bayangmu yang menolak mundur atau isi kepalaku yang berasa minta dibenturkan agar kembali waras. Dalam mataku yang penat akan cinta buta dalam buku tua, wajahmu kembali menari dalam deretan alfabet rapi di atas kertas. 

Entah mana yang harus aku benci duluan, bayangmu yang menolak mundur atau isi kepalaku.

Aku menyerah dan pergi ke dapur untuk meminta saran pada kopi luwak. Wajahmu tak henti tertawa dalam adukan bubuk hitam yang melebur satu pada air panas 100 derajat. Aku menyentakmu dalam hati,"Hentikan!" 

Ah, Entah mana yang harus aku benci duluan, bayangmu yang menolak mundur atau isi kepalaku.



Kembali bekerja adalah pelarian tepat untuk kepalaku yang sudah menolak akur. Pelarian sementara yang menyenangkan ini paling hanya berlangsung 5 jam karena aku harus kembali ke rumah nanti sore dan kembali menatap matamu lewat mata anak gadisku.

Selasa, 21 November 2017

Jurus Maut yang Perlu Ibu-Ibu Kuasai dalam Rumah Tangga

November 21, 2017 0 Comments

 
pixabay.com
Para pembaca di sini ada yang sempat membaca postingan menarik dari akun Hanny Dewanti tentang "Nikah itu Enggak Enak" yang sempat viral dishare di facebook?

Saya tergelitik dan banyak mengiyakan kontennya. Haha, menarik memang. Di saat semua mengagungkan gerakan menikah cepat, artikel itu malahan dengan gamblang dan lugas mengupas sisi pernikahan dari sisi pahitnya.

Semua memang memiliki dua sisi kan, ya. Nikah saja ada sisi pahitnya, apalagi jomblo. 

Pernikahan memang bukah hanya mengikat dua orang menjadi satu, satu visi dan satu misi. Namun juga mengikat dua keluarga besar. Perbedaan kepentingan, perbedaan budaya dalam keluarga, perbedaan kondisi finansial, dan perbedaan sikap, tentu akan berbuah debat jikalau tidak ada yang saling menahan kata dalam dada.

Tapi ya, bagaimana ya bilangnya, sebagai wanita yang sudah merasakan rumah tangga, saya rasa menikah memang tidak enak. Rasa-rasanya pernikahan itu cara Tuhan untuk mentatar diri ini secara kilat untuk segera memiliki pribadi yang baik. Ya, menurut saya pernikahan adalah training kilat untuk menuju pribadi yang baik.

Memangnya ada training yang enak? Yang enak mah hura-hura dan belanja kan, ya ibu-ibu.

Dulu waktu masih muda, tidak ada yang menegur gaya baju apapun yang saya kenakan. Sekarang? Deh, boro-boro. Gak pake kerudung menutup dada aja suami udah mengeluarkan tatapan membunuh yang membuat saya mengeluyur masuk ke rumah untuk cari kerudung yang agak gedean. 

Dulu mau pulang dari kampus jam berapa pun fine fine aja, sekarang? Boro boro pulang malam, keluar tanpa bawa buntut kecil mungil aja hampir tidak bisa dilakukan. Secara gak langsung saya (merasa) menjadi pribadi yang setingkat lah lebih kalem dibanding masa-masa kuliah.


Jurus Maut dalam Pernikahan

Menikah menuntut untuk keahlian komunikasi yang jelas. Saya ulangi, komunikasi yang jelas. Jadi buat para cewek cewek yang dulu suka ngambek gak jelas saat pacaran, sudahi ngambeknya kalau tidak mau kena tilang ibu mertua. Kalau mau ngambek silakan, tapi harus bilang alasannya dengan jelas.

Misal,“Mas aku gak suka kamu taruh handuk basah di kasur.”

Menikah menuntut tutur kata yang manis. Ini jelas kan, ya. Pacaran saja jelas menuntut hal ini, apalagi sudah menikah. Ini adalah jurus maut yang perlu sekali dikuasi oleh para ibu ibu di rumah.

Misal,“Mas, kamu lebih ganteng deh kalau taruh handuknya digantung depan kamar mandi” atau,“Mas, aku suka banget mas liat gayamu nyuci beras. Gentlemen banget, masakin nasi dong.”

Saling mengalah dan pengertian. Ada peribahasanya kan ya, mengalah untuk menang. Mundur selangkah untuk maju seribu langkah. Ini juga salah satu jurus maut yang perlu ibu-ibu kuasai. Misal keuangan rumah tangga lagi seret. Yang namanya kebutuhan kan memang gak akan ada habisnya. Sepatu buat kondangan udah butut pula, tapi suami juga butuh sepatu baru buat hobi joggingnya. Jadi di kala diskusi, bilang aja dengan suara lembut,”Aku belum butuh sepatu kok mas, sepatuku yang udah jelek dan butut itu masih bisa kok dipakai.”

Ini namanya sok mengalah padahal mengeluh, haha.

Dan saya rasa ini yang penting, menahan kata dalam dada. Memang ada masa-masa kememblean pasangan kita benar-benar membuat jengkel. Tapi, jangan lupa diri ini pun punya kememblean yang sama menjengkelkannya.

Jadi, saran saya kalau emosi sudah di puncak dan siap untuk memuntahkan caci maki, mending langsung pindah tempat. Minimal ke tempat yang menyenangkan dan ber-ac yang tidak ada wajah pasangan kita, misalnya ke minimarket. Setidaknya di sana ada abang kasirnya yang akan menyapa dengan lembut,”Selamat datang, terima kasih, mau isi pulsanya bu?.”

Menikah bukan hanya berarti mengumpulkan masalah dua orang menjadi satu, tapi juga menambah manusia yang berusaha untuk mencarikan solusinya.  

Ada satu quotes yang saya sangat suka dari Agus Mulyadi:

Laki-laki boleh segarang macan, tapi wanita selalu diciptakan untuk menjadi pawangnya.

That's all ibu ibu. Selamat mencoba, semoga kita semakin menguasai jurus-jurus maut dalam rumah tangga.


Rabu, 15 November 2017

Curahan Hati tentang Tokoh Proklamasi

November 15, 2017 0 Comments
Baru-bari ini saya meluncurkan satu artikel tentang Bung Hatta, pahlawan proklamasi kita. Duh, mengiris hati rasanya baca berbagai artikel tentang beliau, betapa kayanya wawasan seseorang berbanding terbalik dengan gaya hidupnya. Aih, jadi malu.

Riset yang saya lakukan hanyalah melalui internet. Bahkan hanya dengan artikel di internet sudah dapat menembus rasa hormat dan salut saya sama beliau. Di usia yang masih muda belia, di mana saya hanya mengemis uang kuliah dari orang tua setiap bulan, beliau sudah dipenjara Belanda karena menerbitkan artikel yang dituding memprovokasi publik dengan pemerintah kolonial.

Di masa-masa saya galau hanya karena skripsi yang enggak kelar-kelar, beliau dengan gagah menyurakan pidatonya yang termasyur di Belanda : Indonesia Vrij.

Bahkan, di masa-masa para muda-mudi yang galau gegara digempur pertanyaan sadis tentang kapan nikah, beliau dengan lantang menyurakan bahwa tidak akan menikah sampai Indonesia merdeka. Hayo, siapa muda-mudi yang disini berani menyuarakan tidak akan menikah sampai nilai rupiah setara dengan nilai dolar amerika? Hahaha, Saya sih tidak.

Pasca beliau memundurkan diri dari jabatan Wapres, beliau pindah ke rumah pribadinya. Beliau hidup dengan sederhana bahkan sempat mengalami kesulitan membayar uang PAM. Saat itu Gubernur Jakarta yang sedang menjabat adalah Pak Ali Sadikin yang langsung mengusulkan beliau untuk menjadi warga kota utama agar terlepas dari beban bayar pajak dsb.

Ah, berapa banyak pejabat kita sekarang yang berani hidup seperti beliau? Memberikan segalanya ketika berkuasa dan tidak menuntut sedikitpun setelah menjadi rakyat biasa.
merdeka.com

Selasa, 14 November 2017

Ibu adalah Sumber Segala Rasa dalam Keluarga

November 14, 2017 0 Comments
Malam ini rasanya penat sekali. Mau nulis yang berkonten berat rasanya sangat berat, seberat ibu ibu yang lagi hamil tua. Bicara hamil tua, pengalaman mengandung dan melahirkan memang selalu punya banyak cerita manis untuk dikenang setiap ibu-ibu.

Eh, rasa-rasanya saya pun agak berubah setelah melahirkan. Selain saya tidak lagi bisa menekan lampus sen motor dengan benar, saya merasa ada yang bergeser dalam definisi bahagia dalam diri ini. 

Definis bahagia zaman masih bujang dan melajang jelas itu adalah baca nopel, ngemil martabak sambil nonton korea, dan maen sama temen (receh banget ya definisi bahagianya). Tapi setelah menjadi emak emak yang tidak bisa memencet lampu sen, bahagia adalah ketika dedek bayi bahagia (eaaaa). 

Yang saya sadari adalah memang emak emak tidak akan bisa bahagia kalau anaknya reweeel terus. Mulai dari jam istirahat dan tenaga terkuras, mood juga akan jatuh ke dasar jurang. Kalau mood jatuh ke dasar jurang, lihat suami yang pulang ngantor ibarat menemukan lawan battle untuk diajak war. Wah, pokoknya lingkaran setan banget dah. 

Itu yang saya sadari dulu.


Namun sekarang, yang saya sadari adalah dedek bayi akan bahagia kalau emaknya bahagia. Jadi, bukan dedek bayinya yang berdampak pada emaknya, tapi emaknyalah sumber segala rasa.

Jadi, yang sekarang saya kerap lakukan untuk membuat hidup saya indah adalah memastikan saya baik-baik saja. Saya sehat, hasrat menulis tercukupi, sudah lihat mojok.co hari ini, dan sudah ngemil martabak. 

Jalan-jalan sore sambil gendong dedek bersama pak suami juga rehat yang bagus banget. Selain untuk refresh buat baby dan emaknya, mempererat ikatan keluarga, juga untuk sedikit mengurangi timbangan emak-emak pasca melahirkan (hiks).

Happy Mom raise happy family. Semoga bermanfaat.


pixabay.com

Definisi Rejeki yang Perlu Kembali Kita Cermati

November 14, 2017 0 Comments
Banyak, mungkin termasuk saya yang sering mengeluhkan, katanya rejeki akan bertambah setelah menikah, namun ternyata kok begini?

Rutinitas rumah tangga memang seringkali membutakan diri dari segala nikmat yang sudah dianugerahkan kepada fisik dan nurani kita. Acapkali rejeki identik dengan uang atau materi. Yah, memang sih uang tidak dibawa mati, tapi hidup akan terasa mati tanpa uang. 

Popok anak belinya pakai uang, MPASI yah pasti butuh uang, bahkan sampai paket untuk update blog malam ini pun dibeli pakai uang. Jadi, jangan berani bilang wanita itu materialistis, we are just realistic, hahaha.

Namun, ada rejeki yang jelas lebih mahal ketimbang itu semua, yakni perasaan tentram di dada. Bukan berarti tanpa berusaha mencari uang kemudian berusaha merasa tentram lihat bini sama anak terlantar, no it's not what i meant.

Maksud saya, merasa tentram dengan apapun ketentuan takdir. Setelah lelakh melakukan usaha semkasimal mungkin, perasaan tentram ini kan menjadi kado. "Ah, yang penting saya udah berusaha. Besok akan saya usahakan lagi" 


Mahal lo untuk memiliki jiwa yang tentram namun tetap pantang menyerah.

Percuma rasanya kaya, tapi terus menerus dikejar KPK. Atau berada dalam kekurangan lantas menggunakan alasan kekurangannya untuk mermapas hak orang lain. Tapi yang pasti enak mah yang kaya hati dan kaya asli dan kaya amal solehahnya. 


pixabay.com

Minggu, 05 November 2017

Ketika Mas Kasir Toko Sebelah Ganteng Sekali (2)

November 05, 2017 0 Comments
"Mas Tri."
Mahasiswi nan tidak cantik dan tidak jelita memanggilku dengan manja.

"Opo Mbak." Jawabku sambil terus mantengin hp, lagi streamingan cuy.
"Beli pulsa dong. Tapi bayarnya kredit ya."

"Kalau mau kredit sono belinya sama mas ganteng di samping aja."
"Idih, yang paling ganteng kan mas Tri."

Itu gombalan buaya betina, saya pun sudah hapal. Namun otak dan hati memang suka sekali bergulat dalam diri. Dan yang selalu menang adalah otak, otak yang tumpul kaya dengkul.

Tragedi hari ini berakhir dengan bertambahnya hutang pulsa di pagi hari. Aih.

ewanhalim.files.wordpress.com


Ketika Mas Kasir Toko Sebelah Ganteng Sekali (1)

November 05, 2017 0 Comments
Kata Pengantar

Saya, ehem, maaf, saya bukan mas mas ganteng penjaga toko sebelah. Saya adalah Tri, mas-mas yang tidak jelek, namun sedikit ganteng penjaga toko di samping toko sebelah.

Saya tidak seperti mas ganteng di samping yang suka kasih kembalian pakai permen. Saya adalah kasir berintegritas, walau katanya jaman sekarang yang penting adalah ganteng dan berintegritas, gantengnya urutan satu. 

Anda bisa menebak siapa nama mas ganteng yang selalu saya lirik penuh rasa iri itu? Dygta. Aih, untung nama saya Tri, jadi gak terlalu malu lah kalau dibanding-bandingkan sama mbak-mbak mahasiswi yang suka ngutang kalau beli pulsa.





Sabtu, 04 November 2017

Tradisi Bancakan yang Tak Boleh Kadaluarsa

November 04, 2017 0 Comments
detik.food.com

Adakah yang masih ingat dengan tradisi bernama Bancakan?

Haha, mungkin banyak yang tahu hanya tidak tahu namanya. Istilah bancakan saya dengar dari ibu saya yang bernotabene dari  daerah Cilacap. Bancakan sendiri adalah istilah untuk acara selamatan ulang tahun, atau kelahiran yang dirayakan dengan makan dari satu bejana yang sama. 

Samalah dengan istilah liwetan, intinya adalah acara makan rame rame plus rebut-rebutan pula di dalam satu bejana yang sama. Kalau di daerah ibu saya seringnya sih pakai tampah. Tapi kalau orang Jawa Barat sering saya lihat menggunakan daun pisang yang dijejer-jejer sebagai alas dari berbagai makanan yang disajikan. 

Acara bancakan yang pernah saya rasakan sudah terjadi lampau sekali, sekitar waktu saya masih SD kelas 5. Waktu itu yang ulang tahun adalah mbah saya. 

Haha, pagi-pagi mbah sudah masak besar, sekitar 3 tampah, yang terdiri dari nasi, lauk, dan yang tak lupa air untuk kobokan (cuci tangan) yang ada uang logamnya. Sebenarnnya uang logam inilah yang menjadi primadona untuk para bocil bocil yang sudah sengaja start sedari pagi. 

Bocil bocil yang belum mandi, sangat-sangat bersemangat meraup makanan di tampah dengan tangan mungil mereka. Haha, lucu sekali menonton mereka ada yang berebut lauk. Kalau sudah makan berebut gini sih rasa menjadi nomor terakhir, yang penting adalah serunya rebutan itu loh. 

Rebutan sesi dua segera dimulai, rebutan uang logam di ember kobokan. Asik banget. Air muncrat muncrat, ditambah haha hihi yang terdengar jelas dari para bocil bocil yang masih kucel ini. 

Bancakan secara moril mungkin mengajarkan untuk menghilangkan sifat intoleran (haha), dan semangat kerukunan. Hmmm, namun secara de facto saya merasa makan di bancakan tidak dapat menghasilkan kenyang yang hakiki, karena yang saya dapat malahan tawa geli.


Rabu, 01 November 2017

Kisah MPASI yang Lebih Seru Dibanding FTV

November 01, 2017 0 Comments
Halo moms

Saya sedang menggalau karena sebentar lagi baby kecil saya butuh makanan pendamping ASI (MPASI). Banyak rujukan justru membuat saya makin bingung mau mengikuti yang mana, dan akhirnya yang saya ikuti adalah ibu saya, haha. 

Namun, tetap sebagai orang tua yang baik (berusaha baik), harus tetap googling lah yak agar persiapan MPASI tidak dilakukan dengan serampangan, ya kan. 

MPASI pun secara kebetulan menjadi topik diskusi ibu ibu hari ini di grup whatsapp. Aseeek, grup ibu ibu squad .

Dan, tumpahlah berbagai cerita keluh kesah tentang perjuang para mamah-mamah millenial dalam memberikan asupan MPASI buat baby tercintanya. Mulai dari dimusuhi mertua karena perbedaan pendapat mengenai kapan waktu yang tepat untuk diberikan MPASI sampai anaknya yang diam diam diberi makan eyangnya tanpa spengetahuan mamahnya, hahaha. Ini mah jelas mengalahakan serunya cerita FTV yang tayang tiap sore.

Dari semua cerita, kebanyakan konflik justru datang dari keluarga dekat. Hahay. 

Entah itu orang tua, mertua, atau eyang-eyangnya pasti ingin yang terbaik untuk anak-cucunya, terlebih mama dan papanya secara langsung. Namun, perbedaan generasi membentuk perbedaan tindakan yang berujung pada sengitnya interaksi sehari-hari, hihi. 

Dan masalah tambah meruncing jika masih hidup menumpang dan dalam keadaan bekerja, sehingga baby kecil dititipkan pada eyangnya, dan kita tidak bisa secara langsung mengontrol asupan si baby kecil. 

Mulai dari perbedaan dalam menambahkan gula garam. Ibu ibu jaman sekarang yang sudah jago googling jelas menolak gul-gar pada anak dibawah 1 tahun. Ibu ibu jaman dulu berkilah, anak jaman dulu jangankan dikasi gula garam, baru lahir langsung dikasih makan aja bisa hidup. Haha, yah, kalau begini ceritanya debatnya bisa panjang dan bakal lebih lama dari kasus E-ktp yang gak kelar-kelar.

Lalu, ada solusinya?
Kalau menurut saya sih para para eyang eyang sebaiknya menjauh dari masalah ini. Selama hal itu bukan hal yang menyakitkan bayinya maka biarkan para orangtua baru itu mengurus bayinya dengan caranya sendiri.

Kan para para eyang sudah mendapat kesempatan saat dulu mengurus anak-anaknya. Toh semua orang tua bertujuan baik dan berlandaskan kasih sayang saat menentukan mau memberi MPASI dini ataupun tidak. Namun, tetap ya konsultasikan juga dengan yang ahli.

Jangan sampai kita memberikan kasih sayang dengan cara yang salah.

Selamat malam, selamat menidurkan baby kecilnya masing-masing. 

http://drdina.ca

Selasa, 31 Oktober 2017

Merayakan hari Santri di Kota Santri

Oktober 31, 2017 0 Comments
Perjalanan kali ini memang tidak dalam rangka acara perayaan santri. Hanya untuk kebutuhan judul saja, hehe. 

Perjalanan kali ini adalah dalam rangka jalan jalan sekalian tes CPNS. Aseek, demi menggapai pekerjaan termulia di negeri ini yang diikuti dan diminati hampir seluruh lapisan usia dan strata sosial: menjadi pegawai neegri sipil yang punya uang pensiun seumur hidup (nyinyirin diri sendiri). 

Faktanya adalah ketika seseorang sudah mempunyai anak yang menjadi kekhawatiran utama adalah bukan tentang bisa atau tidaknya nanti mengerjakan soal tes. Tapi kekhawatiranya bergeser menjadi bisa gak ya dedek bayi entar ditinggal emaknya buat ujian. Haha, taste of adventure emak emak memang sudah beda.

Singkat cerita, tetiba kami bertiga di sana kami langusng mencarter motor satu hari full agar bisa mengamati kota cantik ini dari dekat. Untung dedek bayi selaku ketua tim perjalanan ini pengertian dan tidak rewel walau semua asing baginya. 

Buat saya, Banjarmasin memang cantik dengan caranya sendiri.

dok. pribadi
Tolong jangan salah fokus, saya foto tugunya bukan mas masnya. Tugu ini tepat berada di jalan utama dekat penginapan saya. Nuansa senja yang cantik, ditambah dengan kota yang bersih dan tugu yang syahdu menambah gairah saya untuk bekeliling. Namun dedek bayi selaku ketua tim butuh tidur, jadi kami kembali ke peraduan dengan pasrah.
dok.pribadi
Yak, ini adalah pak suami yang sedang berebut roti dengan ketua tim (dede bayi). Ada cerita unik saat saya membeli roti di atas. Kasir toko roti ini terlihat sangat tidak muslim (memangnya muslim ada ciri-cirinya? haha). 

Maksud saya dari raut muka yang sangat kebule bulean tidak terlihat kalau dia orang melayu yang mayoritas beragama muslim. Saat saya membayar rotinya, eh malahan dia yang mengucapkan akad jual beli duluan. Saya yang muslim saja jarang mengucapkan kalimat akad jual beli. Duh jadi malu.

dok pribadi
Ini adalah acara macet macetan saat jalan jalan pagi sebelum ujian. Tidak ada yang aneh namun perhatikan tulisan di bawah lampu jalanan. 

dok. pribadi
Rasa-rasanya ada nyess pelan di dalam dada. Keren, di mana lagi dapat ditemui hal seperti ini?



dok pribadi
Angkot yang canteek dan unique yak. Haha, hari saya memfoto ini memang lagi hari santri, jadi memang lagi banyak muda mudi bersarung yang sedang merayakan festival dan pameran santri di sana.


Saya dan tim perjalanan sampai di Taman Ratu Zalecha, Martapura. Kami singgah sebentar untuk ikut-ikutan berlari pagi bersama warga lokal. Kebanyakan yang sedang lari pagi dan olahraga adalah warga lansia lo. Ciamik, walau tua namun tetap jiwa muda ya bosque.
dok pribadi
Spot foto yang instagramable banget ni.


dok pribadi


dok pribadi
dok pribadi
 Tugu yang mengingatkan tentang larangan riba dan halalnya kegiatan jual beli ini berada tepat di depan barisan toko mutiara yang menjadi oleh oleh khas kota Martapura.


dok pribadi


dok pribadi


dok pribadi


dok pribadi
Yak. Sekian jurnal perjalanan saya selaku sekertaris. Berhubung ketua tim (dedek bayi) sudah lelah dan ingin segera pulang ke rumah maka kami bersiap untuk kembali ke rumah di Samarinda.

Semoga menghibur. Selamat berdebar yang lagi menunggu pengumuman tes CPNS. Moga jadi pegawai negeri yang barokah.
















Sabtu, 28 Oktober 2017

Kesalahan Umum dalam Membuat Flash Fiction

Oktober 28, 2017 0 Comments
http://flurriesofwords.blogspot.co.id

Malam ini saya mendapat ilmu keren nan kece dari mbak Ratri tentang FF (Flash Fiction). Parade Flash Fiction yang sedang digarap tim ODOP99 memang menjadi semacan camilan gurih yang membuat kecanduan untuk terus dicemil, hihi. 

Ternyata setelah mendapat koreksi dari mbak mentor, masih banyak sekali yang harus dibenahi dalam meramu FF ini. Susah susah gampang ternyata bu membuatnya. Susahnya dua kali, gampangnya jarang sekali. 

Sebelum membahas koreksian dari mbak Ratri ada baiknya bu ibu cek dlu ya teori membuat FF.

Berikut beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam membuat FF:
  • Kurangnya pengetahuan soal tata tulis. Buka web sinonimkata.com untuk mencari padanan kata yang tepat jika kosa kata dirasa masih kurang dan tidak sesui dengan konten cerita. Untuk ejaan coba unduh e-booknya keterampilan menulis.
  • Bermainlah dengan paragraf agar FF menjadi tidak menjemukan . Cek link ini, saya butuh 3 kali membaca lo baru mengerti dan mak nyess setelah mengerti maknanya.
  • Ide kurang original, misal memakali jokes yang sudah sering diperdengarkan. 
  • Kurangnya penjelasan dalam FF akan membuat pembaca tertipu dan twisted yang dicanangkan penulis menjadi gagal tersampaiakn ke pembaca.
Hem, yang masih menjadikan saya gentar mendalami FF adalah seringkali FF ditulis dengan jokes kelam yang membuat saya merinding, hiiii. Saya memang rada penakut dan kurang suka dengan komedi yang berbau darah dan psikopat, sedengkan FF yang saya baca malahan gemar sekali mengangkat tema ini. 

Jadi yah begitulah. Semoga bermanfaat bu ibu. Salam pramuka.

Senin, 23 Oktober 2017

Kebencian Dalam Hati

Oktober 23, 2017 0 Comments
Ada saat-saatnya aku merasa menjadi ibu paling buruk sedunia. Sudah dianugerahi anak yang selucu ini, masih saja keluh yang aku lontarkan dalam doa. 

Ada saat saat tertentu, anakku yang mungil mungil ini seakan tahu isi hati bundanya yang masih kering dan kerontang. Sering malah ia yang mengawali senyum manisnya untukku, untuk menggembirakanku.


Hari ini, di saat tidur lelapnya, aku yang masih buta pun masih tak mengerti bahwa yang ia perlukan hanya kenyamanan dan rasa kasih sayang. 

Dalam kegelisahan tidurnya, ia hanya butuh menatap wajahku sesaat kemudian menatap lekat senyumku dan kembali tidur tanpa merengek dan meminta apapun.

Aku sadar, dia hanya butuh ke"ada"anku untuk ada di sampingnya. Aih,benci sekali aku dengan anak kecil. Membuatku merasa buruk dan terus menerus ingin berubah menjadi lebih baik.

bounty.com

Minggu, 22 Oktober 2017

KTP = Kertas Tanda Penduduk

Oktober 22, 2017 0 Comments


“Di dalam budaya politik nasional kita, para pemimpin lebih memilih pakaian atau makanan?”. Mereka menjawab: “Makanan”. “Lebih memilih kekayaan atau martabat hidup?”. Mereka menjawab: “Kekayaan”. “Lebih memilih korupsi atau mempertahankan rasa malu?”. “Korupsi”.

Selamat sore bu-ibu

Ada yang lucu pagi ini saat saya menonton berita pagi bersama baby kecil. Ini tentang drama berkepanjangan yang lebih panjang dari drama korea yang pernah saya tonton : E KTP.

Haha. Jadi ceritanya ada pembagian E KTP di taman mini. Di antrean yang suangat puanjang itu, ada satu ibu ibu yang diwawancarai. Ibu itu terlihat sangat emosi, pokoknya bertampang "senggol bacok" lah.

Ibu sudah mengantri sejak kapan?

Pertanyaan yang tepat untuk menyulut emosi si ibu ibu, " Saya ini ya, sudah mulai dari kemaren ya, ngurus KTP. Saya ini bekerja, bukan pengangguran yang bisa mengantre di luar weekend. Saya ini bekerja, bukan menganggur."

Pokoknya kata kata 'saya bekerja bukan menganggur' lah yang terus menerus diomelkan ibu itu di layar televisi. Lah, saya pemirsa televisi yang setia dan budiman sedikit terusik dan mendadak baper mendengar kata menganggur. Memangnya kalau menganggur KTPnya boleh ditunda tunda pembuatannya?

Haha, just intermezo.

Sebagai ibu pengangguran yang merasa sibuk, saya sangat mengerti kekesalan ibu ibu tadi yang sudah jengah dan gerah, gegara KTPnya segede gambreng dan gak muat kalau harus dimasukkan dalam dompet.

Suami saya yang kalem pun suka mengomel kalau mendadak ada urusan yang mengharuskannya bawa KTP.

Beragam cerita di diungkapkan masyarakat kepada reporter tersebut. Mulai dari sudah 3 tahun tidak punya KTP, ada juga yang harus bolak balik Jakarta-Bali setiap 6 bulan hanya untuk meperbaharui kartu kertas tanda penduduk.

Masih ingat episode-episode lampau  pasca kasus e ktp dicuatkan, mari segarkan :
mulai dari ibu miryam yang mendadak membatalkan kesaksian karena mengaku dipaksa oleh penyidik KPK - Novel baswedan disiram air keras - Novel dituntut atas pencemaran nama baik oleh rekannya - Pansus angket KPK - Saksi kunci E KTP meninggal bunuh diri - Setya Novanto sakit keras dan menjadi fenomena meme senasional.

(kalau ada yang terlewat berarti saya sedang main main sama baby kecil dan tak sempat nonton tivi)

Politik bukan topik yang saya suka untuk ditulis. Namun khusus untuk ini rasanya ini menjadi daya tarik untuk dijadikan semacam inspirasi pembuatan film, ya kan? Saya yakin kalau kasus ini dijadikan film pasti keren, penuh intrik macam mata mata mission impossible.


Ket : caption di awal tulisan ini yang saya kutip dari esai nya Pak Emha Ainun yang judulnya Manusia, Negara, dan Celana.


123rf.com





Senin, 16 Oktober 2017

Resume Kulwap Writer's Diary bg 1

Oktober 16, 2017 1 Comments





Hello moms (mak, emak)

Baru baru ini saya mengikuti kulwap (kuliah by Whatsapp) untuk memotivasi emak emak yang suka menulis. Hal pertama yang ditekankan adalah memulai menulis untuk menjaga kewarasan , haha, mak nyess baca alasan ini.

Awal saya melahirkan saya merasa kehilangan jati diri. Badan yang lelah ditambah begadang tiap malam bareng baby kecil, membuat saya ingin lari ke Gramedia tiap dia lagi bobok cantik. Haha, saya memang emak yang payah. 

Namun begitu saya mendapat komunitas yang pas, saya pelan pelan mulai menyukai kehidupan saya. Kalimat yang saya pasang dalam jiwa :

" Sekali-kali lepaskanlah identitas seorang ibu menjadi seorang saya

Kalimat kece itu saya dapat dari salah satu fanpage di FB, tapi lupa apa, maaf ya tidak bisa saya cantumkan sumbernya.

Setelah saya sadar saya juga perlu menjadi seorang "saya", pekerjaan menjadi ibu terasa lebih mudah dan menyenangkan. Hanya selipkan waktu barang sejam setiap malam untuk menulis, sudah menjadi healing time untuk kejenuhan di dalam hati.

Hal kedua untuk memulai menulis adalah untuk mewariskan keteladanan pada anak cucu. Banyak kisah yang menceritakan pneulisan buku yang berujung pada amembuat gebrakan besar. Misalnya kejadian berdarah di Halmahera 1999-2000. Setitik harapan muncul setelah salah satu korbannya menggagas pembuatan buku untuk mencari donasi pembuatan sekolah darurat. Dan sekarang sekolah itu sudah menjadi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Menulis juga dapat membuat orang terdekatmu bahagia. Em, contoh realnya adalah Andrea Hirata yang membuat seluruh kampungnya bahagia dengan cerita masa kecilnya yang ia angkat. 

Yang Terakhir Kaya hati kaya materi dan kaya imajinasi. Kita tidak pernah tahu yang kita tulis mungkin akan melahirkan seyuman tipis, atau bahkan inspirasi untuk kembali bangkit. Pastikan untuk menulis kebaikan setiap saatnya.


Keep on writing ya bu-ibu. 

Kulwap by : Tiara Yunanda Putri



Sabtu, 14 Oktober 2017

Pria dan Wanita, Puzzle yang Saling Melengkapi

Oktober 14, 2017 0 Comments

yoechua.com

Untuk berkomunikasi secara tepat pada pasangan, kita tentu  harus mengenal kebutuhan mereka terlebih dahulu. Sebagai seorang perempuan, saya paham betul bahwasanya ada saat saat tertentu ingin memuntahkan kata-kata tanpa disela dan tanpa diberi nasihat. Benar-benar hanya ingin curhat saja, setelah itu saya akan merasa lega, dan berterima kasih pada telinga suami saya yang masih ia pinjamkan dengan setia. 

Kalau pria, mungkin adalah kebalikan totalnya. Saat masalah sedang melanda, ia malahan terlihat lebih banyak diam dan merenung. Kalau saya tanyakan ia paling hanya menjawab, iya ini lagi saya pikirkan. Maka, biarkan saja ia merenung. Ia dan otaknya sedang berdiskusi untuk mencari solusi.


Otak

Pada otak wanita, bagian korteks serebral, yang mengatur suasana hati dan kecemasan, terlihat lebih aktif dibandungkan pria. Sedangkan pria, bagian yang mengatur visual dan koordinasi-lah yang lebih aktif. Hal ini pula yang mejelaskan bahwa wanita lebih banyak terkena alzheimer, yang dipicu stress dibandingkan pria (nationalgeographic.co.id)

  • Kata
Otak kiri dan kanan memiliki kabel penghubung yang disebut korpus kalosum. Pada wanita kabel ini dapat 30% lebih tebal dibandingkan pria. Koneksi yang lebih besar ini membuat wanita lebih pandai bicara dibandingkan pria . 

Wanita mengeluaarkan kata untuk berkomunikasi (termasuk mimik muka, isyarat badan, dll) sekitar 21.000 setiap harinya sedangkan pria hanya 7000. 

Ini yang menyebabkan wanita yang tidak bekerja seringkali menghabiskan kuota bicaranya saat malam hari pada suaminya. Suaminya yang lelah pulang bekerja merasa kesal mendengar muntahan kata kata dari istrinya, dan jeng jeng jeng, salah satu memang harus saling mengalah agar negara api tidak menyerang kembali. 

Otak pria terspesialisasi, terkotak-kotak pada bagian khusus. Hal ini dapat ditunjukkan dengan pria tidak bisa menerima telepon dengan suara televisi yang nyaring. Otak pria hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan. Sedangkan wanita dapat memasak dengan melihat instruksi di televisi, sambil menelepon.  

  • Membaca Peta
Karena wanita menggunakan kedua otaknya, ini menyebabkan wanita sulit membedakan tangan kanan dan kiri. Wanita di dunia ini pada umumnya adalah penunjuk arah yang sangat buruk. Jadi, buat para pria, jangan marahi istirinya ya kalau sering salah dalam memberi tahu arah.

  • Mata
Kasus buta warna jarang sekali menimpa perempuan. Perempuan dapat membedakan warna putih tulang, hijau daun, namun tidak dengan pria. 

cerpen.co.id


Wanita memiliki penglihatan periferal yang luas. Hal ini membuat wanita jarang tertangkap basah saat sedang melirik pria lain .Namun sial sekali bagi kaum pria, dengan jangkauan penglihatan yang sempit namun jauh, pria sering kali ketahuan saat sedang jelalatan pada wanita lain.

Ini juga menjelaskan mengapa banyak pria susah sekali disuruh mencari barang yang jelas ada di depan matanya namun bisa melihat wanita seksi yang ada jauh di depannya.

  • "Indera Keenam"
Kita kerap menyebutnya isting wanita. Sebenarnya hal ini adalah kejelian dalam mengungkapkan ekspresi non verbal. Seorang Ibu akan lebih mudah membedakan tangisan bayi lapar atau karena buang air. Hal ini juga yang menyebabkan kebanyakan pria tidak bisa berbohong pada wanita. 


Sekian dari saya. Semoga bermanfaat.

Sumber :
Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengar dan Wanita Tidak Bisa Membaca Peta













Jumat, 13 Oktober 2017

Perceraian dan Ironi yang Mengiringi

Oktober 13, 2017 0 Comments










boredpanda.com



Masih ingatkah kita dengan kasus Rangga, bocah kelas 2 SMP yang bunuh diri? Kisah pilu ini terjadi sudah dua tahun yang lalu, namun penting untuk diingat, agar tragedi seperti ini tidak terjadi lagi. 

Singkat cerita kasus ini adalah akibat dari perceraian orang tuanya. Sejak kecil, Rangga ditinggal bersama neneknya yang sudah tua dan tantenya yang sibuk. Rangga kemudian tumbuh menjadi anak yang sangat pendiam dan tertutup. Pihak sekolahpun terkejut atas tindakan bunuh diri yang ia lakukan. Selama di sekolah Rangga terlihat normal, seperti tidak menyimpan masalah apapun. Tantenya lah pihak yang pertama kali menemukan Rangga sudah tergantung di dalam lemari saat mau membangunkannya untuk sekolah.(wartakota.tribunnews.com)

Perceraian adalah hal yang buruk, namun memang ada beberapa hal yang harus diselesaikan dengan perceraian. Di Indonesia, 2 dari 10 pasangan suami istri becerai dan 70% penggugat adalah pihak istri (Kemenag). 

Di Amerika lain lagi ceritanya. Dikutip di tipsiana.com, Amerika adalah salah satu dari negara yang memiliki angka perceraian tertinggi di dunia. Dimana pasangan yang kurang secara finansial, memiliki umur 21-24 tahun, dan pernah mengalami perceraian pada pernikahan yang pertama akan memiliki peluang lebih besar untuk mengalami perceraian kembali. 

Penyebab perceraian umumnya adalah komunikasi suami istri. Komunikasi yang buruk pada pasangan suami istri ibarat api dalam sekam. Semacam ada emosi yang meluap dalam dada namun tidak ada jalan untuk dikeluarkan. Dikutip dari Yayasan Kita dan Buah Hati, komunikasi pasangan suami istri yang memburuk karena :
  • Hidup lebih realistis, tidak ada lagi sifat buruk yang bisa disembunyikan
  • Tidak mengetahui latar belakang penagsuhan keluarga pasangan
  • Tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah menciptakan wanita dan laki-laki itu berbeda : otak, hormon, dan kebutuhan.
  • Tidak memiliki keterampilan bebicara yang benar, baik, dan menyenangkan
  • Kurang memiliki kemampuan mendengar
  • Tak mampu berkomunikasi yang bersih dan jelas


Dampak Perceraian 

Dikutip dari Sarbini (2014), perceraian adalah penyebab stres kedua tertinggi setelah kematian pasangan hidup. Perceraian juga dapat menyebabkan trauma untuk kembali memulai hubungan yang baru dengan lawan jenis. Namun dampak terbesar tetap anak yang merasakan, karena pasutri yang akan melakukan  perceraian sudah berpikir melalui pertimbangan yang panjang, sehingga sudah memiliki persiapan mental dan fisik.  Sedangkan anak-anak pasti akan merasa kaget dengan perubahan hidup yang mereka alami. Berikut beberapa dampak psikologis yang dirasakan anak pasca perceraian orang tuanya :
  • Merasa tidak aman, umumnya mengenai finansial dan masa depan. Selain itu, kurangnya perhatian dari orang tua pasca bercerai akan membuat anak cenderung tertutup dan menganggap semua yang diluar dari dirinya adalah berbahaya. 
  • Adanya rasa penolakan dari keluarga. Anak merasa ditolak dengan orang tua yang baru (bapak tiri/ibu tiri), dan merasa kehilangan kasih sayang dari orang tua aslinya. 
  • Marah. Dengan adanya perceraian, seorang anak seringkali tidak dapat mengendalikan emosinya. Sering kali emosi yang berlebihan tersebut disasarkan pada  teman-teman dekatnya. Sifat marah (temperamen) anak yang menjadi korban perceraian dari keluarganya akan selalu terekam oleh pikiran bawah sadarnya karena perilaku orang tuanya yang sering bertengkar di depan anak, dan mengakibatkan anak mempunyai temperamen yang sulit dikendalikan.
  • Sedih. Orang tua tidak lagi menghiraukan perilaku dan perkembangan anaknya, sebab ia lebih mementingkan egonya dalam mencari pasangan hidup selanjutnya. 
  • Menyalahkan diri sendiri. Anak yang selalu menyalahkan diri sendiri akan berakibat pada gangguan psikologinya, sebab menyalahkan diri sendiri adalah awal mula gangguan psikologi 

Begitulah gambaran singkat dari ironi yang akan membuntuti pasca proses perceraian. Walapun, tentu tetap ada orang tua yang super, yang tetap mempu mendidik anak-anaknya walau dalam keadaan broken home.

Semoga menginspirasi.

sumber :

Kemenag
Sarbini. 2014. Kondisi Psikologi Anak dari Keluarga yang Bercerai. Artikel Imliah Psikologi Universitas Jember.
Yayasan Kita dan Buah Hati 








Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates