Rabu, 07 Maret 2018

# Review

Review Buku Bokis, Potret Perjalanan Terjal Seorang Jurnalis Dunia Hiburan

Ada satu quote dalam prakata buku ini yang saya suka, " Jika kau menghamba kepada ketakutan, kita akan memperpanjang barisan perbudakan." Wiji Thukul.

bukalapak.com

Judul           :      1. Bokis, Kisah Gelap Dunia Seleb
                          2. Bokis, Potret Para Pesohor, Dari yang Getir Sampai yang Kotor
Pengarang    :       Maman Suherman
Penerbit      :       Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit :       2012 

Buku ini adalah salah satu buku temuan di aplikasi Ipusnas yang paling asyik. Haha, saya memang lagi keranjingan banget baca buku di Ipusnas. Terdiri dari dua seri, buku berjudul Bokis ini mengupas tuntas sisi hitam di balik gemerlap panggung dunia hiburan, uououo.

Jadi artis itu memang enak banget dah, kaya, terkenal pula. Tentu hal ini menjadi semacam trending yang membuat ngiler banyak orang. Namun, sudah seperti dugaan banyak orang pula, dunia selebriti memang berat, dan tak sekedar melulu soal bakat. Perlu banyak pengorbanan untuk bisa tampil di layar kaca, mulai dari penggadaian harta benda bahkan harga diri.

Buku ini ditulis dari sisi seorang jurnalis. Terdiri dari banyak contoh kasus yang sedikit banyak akan membuat kita, rakyat jelata, akan berpkir ulang mengenai hasrat untuk menjadi artis. 

Ada satu kisah yang benar benar menempel dalam ingatan saya. Si penulis ceritanya sedang meliput kasus perceraian seorang artis terkenal. Peceraian artis memang menjadi bahan apik untuk ditulis seorang jurnalis, namun mencari beritanya mesti melewati banyak rintangan termasuk caci-maki narasumbernya. 

Lewat telepon, si bos dari kantor sudah teriak-teriak menuntut untuk mendapatkan liputannya, namun yang ia dapat hanyalah omelan panjang dari ibu narasumber.

Hujan mulai mengguyuri pundak lelah sang penulis. Waktu itu ,ia masih bertahan di rumah narasumber, tepatnya di luar pintu pagarnya.  Berharap bisa mendapatkan ruang untuk berteduh dari hujan, ia kembali memanggil ibu narasumber lewat pintu pagarnya,

Daaan, adegan ini yang saya suka, si ibu narasumber keluar rumah dan kembali mengomel, sambil berkata begini, "Tolong ya mas, pagar anak saya ini terbuat dari stainless steel, kalau mas pegang pakai tangan mas nanti jadi karatan." Jderr.

Sang penulis terdiam, ia memutuskan unuk pulang dalam hujan. Air matanya mengalir dalam diam bersama rintik hujan yang jatuh di wajah lelahnya. Aih, saya rasanya jadi ikut sedih saat membaca bagian ini. Terasa sekali, bahwa selama menjadi jurnalis, peristiwa ini adalah salah satu tamparan kejam yang masih ia ingat sampai sekarang.

Selain itu, banyak juga kasus lain yang tentu menarik untuk diketahui. Mulai dari usaha sampingan artis untuk menciptakan gosip supaya pihak klien terdongkrak namanya sampai usaha sampingan seperti menjajakan diri. 

Yah, saya suka sekali dengan gaya bahasa buku ini yang santai. Sang penulis berhasil membawa kita dengan  nyaman sampai ke ujung cerita tanpa merasa kebosanan. 

Selamat membaca bu-ibuk.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates