Minggu, 25 Maret 2018

# Review

Mengenal Eka Kurniawan dan Pesonanya Dibalik Karya "Cantik Itu Luka"

Saya malu rasanya untuk menulis ini, belum pernah baca novelnya sampai selesai tapi berani untuk menulis tentang pribadi mas penulis yang satu ini. Namun, tangan rasanya gatal sekali untuk sekedar ingin menulis sedikit kesan singkat tentang wawancara singkat Eka Kurniawan bersama kru Mojok. Maka, punten yak penggemar Eka kalau apa yang saya tulis mungkin terkesan sok tahu, hihi.

Duh, ini adalah salah satu video talkshow yang saya sukaaa banget. Acaranya santai, penuh canda tawa, namun tidak kehilangan bobot. Ciamik lah.

Bahkan saya mendadak penasaran dan ingin segera menyelesaikan baca bukunya mas Eka ini. Karakternya yang seloroh dan apa adanya membuat saya semakin penasaran dengan karya yang telah ia buat.

Ada satu hal yang mengusik saya sebagai emak-emak yang juga bercita-cita untuk menjadi penulis kece. Mas Eka mengungkapkan bahwasannya seluruh jajaran penulis besar pasti pernah merasakan menulis adalah perkerjaan yang terasa  sangat menyakitkan, psikis dan mental. Bahkan mas Eka berkata bahwa menulis itu berat, biar kami saja (Mas Eka ternyata ikut terdilan).

Mas Eka sih ngakunya tetap bertahan pada dunia menulis karena hanya bisa melakukan itu, namun menurut saya bukan. Aih, saya sok tahu ya, tapi mas Eka pastilah udah kepincut dan mungkin sudah tidak ingin jatuh cinta pada bidang lain.


pixabay.com

Kisah mas Eka untuk berjaya seperti sekarang jelas tidak mudah. Setelah mengeluarkan dua novel, ia masih merasa kok begini-begini aja, bahkan ia sempar berpikir mungkin menulis bukanlah jodoh saya.

Mas Eka juga bertutur bahwa pada novel pertama yang ia buat yakni Corat coret di Toilet, ia mendapat komentar yang sangat tidak enak. Penulis novel macam ini, pasti akan hilang pelan-pelan dan akan mulai bekerja harian di kantor, begitu kata komentatornya.

Yap, satu hal yang membuat saya takjub pada mas Eka ialah konsistensinya. Para penulis yang udah jaya dalam talkshow ini menuturkan pernah mengalami masa-masa ekonominya sempat terhimpit. Pedihnya, karyanya masih belum menghasilkan. Tapi toh, mereka tidak banting setir untuk pindah ke laih hati. 

Mungkin bagi mereka menulis sudah seperti candu atau sabu atau minimal indomi versi mereka sendiri, eeeaaa. Selamat menikmati videonya dan selamat terkikik sambil terinspirasi ya bu-ibu!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates