Minggu, 16 September 2018

# Review

Kulwap Bareng Hanny Dewanti: Rahasia Inspirasi dalam Ridho Suami


Dear my friends,

Setelah sekian lama saya berjuang melawan lupa perihal setoran untuk ODOP99, akhirnya hari di mana saya kembali bergabung sudah tiba, yeay. Pas banget momennya dengan  kulwap bareng Hanny Dewanti, emak-emak penulis yang ah, warbiasah banget lah.

Kalau udah ketemu emak-emak macam ini, iri dan dengki saya langsung muncul. Kok bisa sih sukses tapi tetep rendah hati? (saya aja yang masih remah-remah rengginang udah bisa songong).

Kan ya seharusnya makin tinggi levelnya, makin mudah untuk tinggi hati. Dengan koneksi yang lebih bagus, berkah finansial dan follower yang banyak, ya harusnya membuat diri ini minimal agak berlagak lah, tapi ini malahan makin bersih visi misi menulisnya. Hiks, iri sayaaa.


Hanny Dewanti

www.facebook.com/Hanny Dewanti


Mak-emak yang penasaran dengan tulisan-tulisan Mak Hanny, bisa dicek di fb nya

Gimana mak, renyah banget ya tulisannya? Buat saya tulisan Mak Hanny ini ibarat popcorn karamelnya XXI: manis, mudah dicerna, mengenyangkan, dan nagiih. Tulisan belio di FB kerap berisi tentang nasehat dalam menghadapi konflik rumah tangga. Dari tulisannya sih bisa disimpulkan bahwa Mak Hanny ini pernah mengalami masa-masa yang sulit bersama pasangan, namun berhasil bertahan dan akhirnya bisa berada di tangga yang tinggi seperti sekarang, saluut.

Tulisan Hanny Dewanti yang berasa nampar buat saya yakni tentang rido suami. Saya seringkali ngerasa kalau aturan kita apa-apa serba rido suami, patriarki banget lah (maaf ya, saya terlalu banyak baca artikel feminisme, haha). Namun, tulisan tulisan Hanny Dewanti ini kembali mengingatkan kita pada fitrah agama tentang di mana seharusnya seorang istri berada, yakni dalam dekapan, eh dalam rido suami.

Menurut Mak Hanny, dalam rido suami itulah terletak kebahagiaan yang hakiki. 

Kulwap ODOP bersama Hanny Dewanti


Di awal kulwap, identitas Mak Hanny digelar dengan gamblang dan saya senang gegara domisilinya sama dengan saya, yakni Samarinda, yeay. Semoga semangat dan niat baik Mak Hanny dalam menulis bisa tertular.

Rahasia di balik tulisan Mak Hanny yang terkesan 'nyablak' dan sangat enak dibaca ialah pengandaian semua pembacanya sebagai sahabat. Jadi dengan visi seperti itu, ia berusaha agar tulisannya tidak terkesan menggurui, namun lebih kepada ajakan kebaikan pada seorang sahabat.

Ada satu hal yang saya sangat salut dengan mak ini. Dengan jelas Mak Hanny mengatakan, menulis bukanlah proses yang mudah. Ada temannya yang juga menekuni bidang kepenulisan, namun tulisannya tak jua membuahkan hasil. Ia mulai depresi dan bahkan perlu mengkonsumsi obat antidepresan. Karena alasan itulah, visi misi menulis yang sarat dengan hal-hal yang pamrih perlu segera dirubah.

Menurut Mak Hanny, ubahlah visi misi menulis untuk sekedar berbagi kebaikan agar kita tak pernah peduli dengan komentar dan feedback yang didapat, karena feedback itu datang dari kepuasan di dalam diri.

Satu hal lagi yang penting dalam menulis ialah riset. Menurut Mak Hanny, satu karya buku paling enggak memerlukan riset dari 10 buku. Itu jumlah minimal ya. Saya mendadak ingat dengan salah satu postingan di IG yang menyebutkan bahwa karya Origins Dan Brown itu tercipta setelah penulisnya membaca 100 buku sebagai referensinya. Uwoow! Makin berasa jadi remah remah rengginang, hiks.

Fiksi atau Non Fiksi?

Wattpad.com/Honey Dee

instagram.com/Hanny Dewanti

Jadi, setelah kulwapnya rampung, Mak Hanny membuka GA dan kita disuruh memilih di antara dua bukunya ini: Rooftop Buddies atau Hijrah Sakinah. Ga bisa nih dapat dua-duanya aja Mak, haha?


Baiklah saya memilih Hijrah Sakinah. Awalnya saya condong ke Rooftop Buddies, namun sepertinya karya Mak Hanny yang ini bisa diintip di app Wattpad. Jadi saya berpindah hati ke Hijrah Sakinah. Apalagi Mak Hanny sempat bercerita tentang banyaknya sumber riset yang dipelajari saat menulis buku ini, rasanya saya semakin mantap memilih buku non fiksi ini.

Et, tapi setelah mengintip Wattpad, ternyata hanya prolognya saja yang tersedia di sana, hiks. Gimana ini ya, saya makin galau. Prolognya gantung tepat di saat petualangan baru dimulai, huwaaa.

Padahal dari prolognya yang sangat singkat itu, bisa ditebak cerita buku ini pasti akan seru dan sarat makna. Apalagi, isu suicide memang sedang terangkat gegara beberapa artis dan figure publik internasional sempat diberitakan melakukan bunuh diri berturur-turut dalam tempo waktu yang singkat. 
instagram,com/societyfeelings
Saya sempat melakukan riset untuk bahan menulis artikel mengenai isu bunuh diri. Ternyata, silent disease macam ini juga banyak menyerang kalangan ibu-ibu, loh. Namun, terlalu banyak yang tidak tercatat lantaran depresi belum dianggap sebagai penyakit yang layak mendapatkan perawatan oleh ahlinya. 

Saya rasa Radio Romance (drama korea) juga dapat menjadi ilutrasi yang bagus mengenai penyakit depresi di kalangan artis. Drama tersebut menggambarkan penderita depresi sebagai manusia yang sedang membangun penjara bagi dirinya sendiri. Ia ingin keluar dan diselamatkan namun ia tidak tahu caranya. Beruntung, tokoh tersebut menemukan cinta pertamanya yang ia sangat percayai. Tokoh inilah yang akan membimbingnya untuk bisa lepas dari penjara yang mengkungkungnya. Ealah, malah jadi cerita drakor deh.

Baiklah, saya mantap pilih Rooftop Buddies, tapi......  , baiklah, Rooftop Buddies. (saya sudahi tulisan ini sebelum mengetik kata tapi yang kedua kalinya)

#jumatkulwapodop #hannydewanti #hijrahsakinah







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates