Minggu, 26 Agustus 2018

# Event

Tren E-Commerce : Berkah Atau Musibah?



Teman-teman, masih ingatkan dengan kejadian menggemparkan di Indonesia penghujung tahun 2017 lalu? Beberapa gerai ritel besar di Indonesia, seperti Matahari dan Seven Eleven menutup gerai ritel mereka.

Seakan belum cukup dengan kejadian tersebut, datang berita dari Tanah Abang yang juga cukup menghebohkan. Pasalnya, mereka mengeluhkan omset turun sampai 50% di momen Lebaran tahun 2018. Peristiwa yang berturut-turut ini membuat Indonesia mendadak sibuk.

Analisis bekerja. Banyak artikel diterbitkan  untuk bisa menjawab fenomena apa yang sebenarnya terjadi lapisan masyarakat akar rumput. Pangsa pasar besar, namun sepertinya ada kelesuan ekonomi yang tak terbantahkan. Tentu hal ini adalah imbas dari multifaktor yang masih menjadi tanda tanya.

Ada yang mengemukakan bahwa fenomena ini adalah akibat dari daya beli masyarakat yang memang menurun, namun ada pula yang berpendapat karena perubahan gaya konsumsi masyarakat yang sudah beralih ke sistem online.

Lain Tanah Abang lain pula dengan kabar dari tren belanja online. Selama hari Lebaran 2018, belanja online meningkat pada tahap tertinggi sepanjang sejarah e-commerce di Indoensia. Bahkan, ada salah satu aplikasi belanja yang dikunjungi hampir sebanyak dua kali lipat jumlah seluruh penduduk Indonesia, canggih gak tuh? Kejadian ini menandakan faktor perubahan gaya konsumsi masyarakat terbukti benar berpengaruh, berapapun presentasenya.

Tren E-Commerce di Indonesia


Belanja memang kegiatan yang sangat menyenangkan buat kaum ibu-ibu macam saya ini. Apalagi, jika itu bisa dilakukan bahkan tanpa harus berpanas-panas untuk mendapatkan barang dengan harga terbaik. Saya rasa inilah salah satu pesona e-commerce yang menyebabkannya tumbuh subur di Indonesia.

Saya rasa teman-teman di sini pasti sudah pernah menggunakan jasa belanja online, minimal menaruh barang belanjanya di daftar whislist lah. Yap, e-commerce sudah menjadi semacam tren di seluruh dunia. Kemudahan pembayaran dan pilihan yang beragam menjadi alasan utama e-commerce sangat digemari.

Namun, rupanya e-commerce pelan-pelan menjadi masalah bagi para pengusaha lokal dan pedagang konvensional. Orang-orang ini jelas kalah bersaing terhadap mereka yang dapat terus melaju seiring dengan pertumbuhan teknologi. Buat mereka, teknologi adalah benda asing yang susah untuk bisa digenggam. 

Contoh mudahnya ialah aplikasi pesan antar makanan yang ada di telepon genggam. Berkat aplikasi jasa pesan-antar makanan yang sangat memanjakan diri ini, tanpa perlu bersusah payah memasak, kenyang bisa didapat hanya dengan klik pada telepon genggam. Sungguh kenikmatan yang hakiki!

Transaksi semacam ini memang menguntungkan warung makan yang tersedia di dalam aplikasi pesan antar tersebut. Namun bayangkan sendiri apa yang akan terjadi pada warung-warung makan sederhana di sekitar anda yang tak bisa masuk ke dalam aplikasi tersebut. Penurunan omzet pasti akan terasa.

Inilah yang sedang terjadi secara global dalam musibah akibat e-commerce. Potensi pasarnya memang besar namun justru lapak onlinenya didominasi barang impor. Presentasenya tak main-main loh, hampir 90% barang di e-commerce adalah impor. Barang barang ini kebanyakan adalah pakaian dan peralatan rumah tangga.

 Regulasi Yang Belum Pasti


Indonesia adalah salah satu negara penggguna internet terbesar di dunia. Jadi, bisa dipastikan transaksi dari jalur e-commerce juga mencengangkan, yakni sekitar 7 milyar dollar pada tahun 2017, meningkat 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sayangnya, pemerintah termasuk lambat dalam merespon potensi pasar di Indonesia yang kadung dimanfaatkan secara "gratis" oleh produsen impor. Meskipun begitu, regulasi mengenai e-commerce di Indonesia sudah dalam tahap penggodokan. Perkiraan bulan Oktober tahun ini regulasi tersebut dapat diterbitkan.

Saatnya UKM Indonesia Bangkit!


Sudah disebutkan di pembahasan di atas bahwasannya marketplace di Indonesia rata-rata didominasi produk impor. Salah satu marketplace buatan anak Indonesia, Qlapa, hadir untuk menjawab tantangan ini.

Qlapa adalah salah satu marketplace di Indonesia yang mewadahi para kreator lokal. Penggagas marketplace ini adalah pemuda asal Pontianak bernama Benny Fajarai. Mengapa Qlapa bisa berani untuk menjadi marketplace yang fokus pada kerajinan lokal? 

Sebelumnya, Benny Fajarai melakukan riset dan menemukan bahwa kerajinan tangan merupakan industri kreatif ketiga terbesar setelah makanan dan pakaian. Selain kekhususan terhadap kerajinan lokal, daya tarik Qlapa lainnya ialah produk yang dapat dipesan secara custom, sesuai dengan keinginan konsumen. 

Produk kerajinan tangan yang ada di Qlapa sangat beragam, yakni furnitur kayu, perhiasan, hiasan gantung, lukisan, dompet kulit, dan produk buatan tangan lainnya. Ide untuk mengangkat kerajinan lokal ini didapat Benny saat sedang berlibur di Bali dan melihat banyaknya pusat kerajinan lokal di sana. Menurutnya, kerajinan lokal buatan Indonesia sangat potensial dan dapat bersaing di kancah internasional. 

Sekian, semoga bermanfaat ya. Jangan lupa, kalau sedang belanja online, pilih yang asli dan buatan Indonesia.


Sumber data : tirto.id
Sumber gambar : pexel.com

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino Resort gets the best of Caesars
    Harrah's bk8 Cherokee 벳 365 Casino Resort got the best of 부들 이 벗방 Caesars 포커게임다운 Entertainment's five-year history and 넷마블토토사이트 has built a reputation for its entertainment and

    BalasHapus

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates