Kamis, 05 Juli 2018

# Curhat # Motivasi

Kunci Pola Pengasuhan yang Baik: Menerima Masa lalu, Menyusun Masa Depan

pexels.com
Bunda pernah mendengar mengenai inner child? Kalau didefinisikan secara mudah, inner child adalah perilaku kita yang dipengaruhi kenangan masa kecil. Biasanya inner child berpengaruh sangat erat dengan pola pengasuhan yang akan kita terapkan pada anak nantinya.

Yap, itu artinya pola pengasuhan sifatnya adalah warisan, yang benar akan mewarisi kebenaran dan yang salah pun juga begitu. Serem ya?

Saya tidak begitu percaya sampai saatnya giliran saya punya anak. Semenjak hamil saya sudah banyak membaca artikel tetang teori semacam ini, bahwasannya kita perlu memafkan masa lalu untuk bisa membenahi pola pengasuhan yang salah.

Namun, seperti biasanya lah, teori memang selalu mudah, pelaksanaanya itu yang perlu berdarah-darah.

Zaman dulu orang tua memang rata-rata memperlakukan pola pengasuhan yang keras pada anak-anaknya, termasuk saya yang juga masih dapat pola pengasuhan seperti itu. 

Susunan hidokarbon di pelajaran kimia yang saya pelajari umur 16 tahun saja sudah benar-benar hilang dari dalam otak, tapi peristiwa masa kecil yang saya pernah benci masih melekat erat seperti permen karet di dalam hati dan kepala saya.

Tadi pagi, saya dan anak ingin berjalan pagi bersama. Anak saya yang sudah mulai punya keinginan sendiri merajuk karena enggan memakai kerudungnya. Saya yang memang masih mentah banget mentalnya sebagai orang tua ikutan emosi. Saya memaksanya memakai kerudung dan jelas ia makin marah. Saya tinggal, ia malahan menangis.

Untung suami datang dan berhasil membujuknya. Setelah itu saya berpikir dalam-dalam, kok bisa saya kalah bertarung melawan emosi anak kecil. Saya sempat disindir sama suami sambil tertawa, "Pagi-pagi ribut rupanya ada dua cewek berantem. Yang satunya memang masih anak-anak, yang satunya itu loh kekanak-kanakan." Saya segera memberinya kamehameha.

Ada beberapa hal yang menurut saya penting untuk diingat agar bisa merangkul inner child dan menerima masa lalu.

1. Pola pengasuhan itu diwariskan.
pexels.com

Saya banyak membaca note di grup FB Yayasan Kita dan Buah Hati yang membahas tentang inner child. Salah satu yang sering mereka tekankan adalah bahwasanya pola pengasuhan itu hanyalah meneruskan kebiasaan terdahulu.

Jadi, kalau dulu ia dibesarkan dengan amarah maka jangan heran jika ia nanti akan sering memarahi cucu kita nanti. Hiks, jadi syedih.

2. Kelola emosi saat berhadapan dengan anak. 

pexels.com
YKBH banyak memberikan edukasi seputar parenting dengan bahasa yang sederhana dalam grup FB-nya. Ada satu kalimat yang saya sangat suka, "Orang tua yang marah itu biasa. Semua anak memang susah untuk diatur. Kalau mudah tidak akan ada ibu yang cerewet. Jadi, yang penting ialah pengelolaan emosi orang tuanya."

Ada beberapa tips yang pernah saya baca seputar penanganan emosi kala sedang berada di puncak. Ada yang menyarankan untuk segera menjauh sebentar dari sumber amarah, duduk dan ambil napas. Selalu ingatkan diri untuk merendahkan suara di kala marah sebab sekalinya berteriak, maka teriakan itu akan terus meluap seperti banjir tahunan di Jakarta.

Rasulullah sendiri memberikan contoh untuk segera berwudhu saat amarah berada di ubun-ubun. Kalau saya sih memilih untuk tidur, hihi. Tidur buat saya menjadi obat dari segela kejenuhan dan amarah yang memuncak.

3. Minta maaf pada anak. 

pexels.com
Kadang kala kita sebagai orang tua pernah jengkel sekali dan khilaf pada anak saat menegurnya. Jangan ragu untuk meminta maaf, berikan pemahaman pada mereka bahwa siapa saja bisa berbuat salah, dan jika berbuat salah maka harus meminta maaf.

Awalnya saya pikir menjadi orang tua adalah pekerjaan berat di mana kita harus terlihat sempurna setiap detiknya. Duh, capek banget nget dong. Namun, ternyata yang penting bukanlah menekankan kesempurnaan, melainkan menekankan sisi kemanusiaan. Tak apa berbuat salah, itu manusiawi, yang penting adalah bisa meminta maaf.


4. Pilihlah satu hobi untuk digeluti. 

pexels.com
Saya rasa ini adalah poin yang lumayan penting. Saya merasa perlu sekali memiliki satu kegiatan yang peruntukannya adalah diri saya sendiri, entah itu membaca atau menulis blog. Saya merasa menjadi lebih tertata rapi setelah melakukan kegiatan me-time, walaupun hanya sebentar.

Kegiatan me time seperti membaca buku, seperti fungsi refresh pada layar laptop. Ada perasaan "ah, seger" tiap selesai merampungkan sesi membaca saya yang amat limit pada waktu dede bayi tidur siang atau tidur malam lebih cepat. Saya yakin dengan menekuni kegiatan sesuai minat masing masing akan membuat pribadi diri lebih terkontrol.


5. Pendekatan diri kepada Tuhan.

dokumentasi pribadi
Ini mah jelas yak, pribadi yang dekat dengan Tuhan akan selalu merasa sejuk dalam cuaca apapun. Visi di depan mata menjadi lebih jelas sehingga membantu kontrol diri menjadi lebih kuat.



Teruntuk semua orang tua, ternyata punya anak itu berat ya.

Kadang kalau melihat matanya yang polos itu saya merasa dibandingkan cinta saya ke anak, cintanya dia ke saya jaaauh lebih besar.

Kalau saya marah ke dia, sembuhnya bisa dalam hitungan jam.

Tapi, dia yang merasakan amarah saya tetap dengan manjanya selalu minta gendong, seolah amarah saya yang tadi sudah dimaafkan seketika itu juga. 

Punya anak itu rasanya gak enak, selalu membuat diri ini merasa buruk dan tak pantas. Maka, pantaskan kami ya Tuhan.

Semoga bermanfaat yak emak emak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan 2020

Dear, Kali ini saya membuat aliran saya dengan telat. Sayang sekali.  Tapi saya tetap ingin membuatnya sebagai selebrasi perjuangan...

Follow Us @soratemplates