Belakangan ini saya sakit, jadinya nggak sempat untuk editing template tugas jurnal ke tujuh ini.
Jadi, minggu ini kita akan melakukan selebrasi atas kemajuan mentoring selama tujuh minggu. Karena saya hanya punya mentor dan tidak punya mentee, maka tuga kali ini cukup mudah, saya hanya perlu menuliskan surat cinta saya pada mentor dan balasan surat cinta dari beliau.
Btw, saya memilih belajar blogging dengan mentor mbak Naqiyyah Syam, founder tapis Blogger dari Lampung. Keren kan, mbak mentor saya.
Komentar dari mbak Naqiyah kepada saya
Aku terharu dengan perkembangan belajar Mbk Rian, rajin melaporkan prosesnya dengan mentor. Progresnya kelihatan dan semangat belajar blognya berjalan baik.
Untuk terus memahami google Adsense insya Allah perlahan ya mbk karena aku juga belum fokus ke Adsense sementara ini lebih nyaman jadi blogger mereview produk dan jasa.
Surat dari saya untuk mbak Naqi
Untuk mbak naqi tersayang.
Terima kasih sekali atas kesediaan mbak sebagai mentor kami.
Saya merasa jadi memiliki teman, tempat bertanya, dan sahabat yang bisa menjadi semangat untuk berkarya.
Kadang hambatan menulis justru datang dari dalam diri sendiri, yang menginginkan pamrih yang segera datang, padahal kemampuan belum tinggi.
Begitu rasa pamrihnya melanda, saya kembali melirik teman-teman di komunitas, yang tetap semangat berkarya untuk kepuasan diri sendiri.
Mbak naqi dan teman-teman adalah api untuk saya tetap berkarya.
Dan inilah kupu-kupu saya.
![]() |
sumber: www.freepik.com |
Karena tiap orang memiliki karya yang berbeda-beda. Setiap karya adalah tumpahan rasa dari masing-masing jiwa dengan hobi dan kepribadian yang tak sama.
Rasanya, saya belum pantas untuk jadi kupu-kupu. Rasanya, saya masih menjadi ulat yang belajar untuk bisa terbang.
Rasa syukur yang saya ingin sampaikan kepada Sang Pencipta sebenarnya adalah perasaan untuk terus penasaran, perasaan untuk terus memiliki keinginan belajar, yang tak kunjung pupus meski sudah tua begini. Sehingga, saya bisa terus menikmati hidup tanpa perlu merasa iri dengan gemerlap kehidupan orang lain.
Buat saya IIP adalah pengingat diri, bahwa karya sejatinya adalah untuk diri sendiri, kepuasan batiniah. Jadi, meskipun karya masih jelek dan awut-awutan, ada semacam penghargaan yang bentuknya kasat mata, dari diri sendiri ke diri sendiri. Tapi, tentunya, kita tidak boleh melupakan hakikat belajar yakni terus maju dan melangkah ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar